YOGYAKARTA, MENARA62.COM–Nasib petani tomat, membutuhkan perhatian. Memang rasa tomat tidak pernah pedas seperti pedasnya harga cabe merah yang terjadi sejak akhir tahun lalu dan harganya masih bertahan tinggi hingga hari ini. Itu sebabnya, harga tomat tidak pernah dipusingkan oleh pemerintah dan masyarakat. Namun, petani tomat juga warga negara Indonesia yang membutuhkan perhatian.
“Sekarang, pemerintah dan masyarakat dipusingkan dengan harga cabe di pasaran. Harganya bisa mencapai seratus ribu Rupiah per kilogram,” ujar Konsultan Pertanian Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Latuconsina di Yogyakarta, Senin (30/1/2017).
Menurut Syafii, harga tomat selama beberapa minggu terakhir hanya bertengger di harga Rp 1.500,- /kg di tingkat petani. “Kalau harga seperti ini, yang pusing hannya petani. Karena harga jual dibandingkan harga ongkos panennya, masih lebih tinggi biaya ongkos panen,” ujar Syafii yang mengungkapkan bahwa akhirnya banyak petani tomat yang mengambil keputusan untuk membiarkan saja tomatnya membusuk di tanaman ketimbang di panen.
Kondisi ini diungkapkan juga oleh Mundi di Dadapan, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur dengan kelompok tani Ketam Siam (Kelompok Tani Sinar Mandiri. Mereka lebih baik membiarkan tanamannya membusuk di lahan, karena ongkos panen lebih tinggi ketimbang harga jualnya.
“Kondisi seperti ini terjadi di banyak tempat, tidak hanya di Lamongan,” ujar Syafii lagi.
Masalah
Persoalan yang dihadapi petani, menurut Syafii, memang terkesan klasik, saat panen harga jual rendah, saat musim tanam tiba harga bibit tinggi, saat tanaman membutuhkan pupuk, harga pupuk pun melambung. Namun, persoalan ini merupakan masalah nyata yang dihadapi petani dalam siklus penanaman, pengolahan dan pasca panen.
“Saya kira, untuk petani ini membutuhkan intervensi para pemangku kepentingan dan gerakan nyata pendampingan atau apapun namanya untuk lebih memberdayakan lagi kehidupan petani agar mereka bukan hanya mandiri tetapi mampu menjadi makmur,” ujarnya.