BANDUNG, MENARA62.COM – “Kita tidak pernah merasa kecil tapi juga jangan selalu merasa sudah besar. Karena dari yang kecil terbuka untuk terus menjadi besar dan yang besar di Muhammadiyah tidak boleh mengecil, harus bertahan kebesarannya dan meningkatkan kualitasnya.” Hal tersebut secara tegas disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini grand opening ABS Mart, ABS Cafe, dan pabrik roti ‘Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung pada Sabtu (22/1/2022).
Sejarah pendirian amal usaha Muhammadiyah ‘Aisyiyah sudah dimulai sejak zaman Kyai dan Nyai Dahlan yang sejarah menunjukkan semua dimulai tidak ada yang instan, akan tetapi berawal dari yang kecil kemudian ditekuni dan dikhidmati sehingga menjadi besar dan bermanfaat bagi masyarakat.
Noordjannah menyebutkan salah satu contohnya yakni saat Kyai Dahlan dan Nyai mengembangkan sekolah Muhammadiyah yakni madrasah untuk perempuan, di mana kala itu hanya dengan 5 orang santri. Akan tetapi dari 5 orang itu secara sungguh-sungguh dipersiapkan untuk menjadi tokoh.
Ikhtiarnya Muhammadiyah ‘Aisyiyah dalam membangun amal usaha menurut Noordjannah harus disyukuri dan percaya pasti akan meluas menjadi besar. “Jika kita bersungguh-sungguh dan niat kita ini di jalan Allah, maka dari kecil kita maknai jadi besar dan di situlah mimpi-mimpi akan kita raih.”
Muhammadiyah, dalam membangun amal usaha, disampaikan oleh Noordjannah telah mengajarkan kader-kadernya untuk senantiasa memiliki sifat-sifat baik nabi, yaitu sidiq, tabligh, fatanah, dan amanah. Selain itu, ia juga meminta agar dalam beramal jangan terlalu banyak berteori karena akan tetapi akan lebih hebat jika diiringi dengan aksi nyata.
Salah satu yang harus digencarkan menurut Noordjannah adalah dakwah di bidang ekonomi. Bahkan ia menyebut bahwa panglima dakwah ‘Aisyiyah di komunitas adalah gerakan ekonomi. Dakwah Tabligh tentu saja salah satu hal yang utama, akan tetapi gerakan real dalam dakwah ekonomi harus terus ditebarkan di komunitas. Hal ini terutama untuk mengatasi kemiskinan karena menurutnya adalah mustahil jika berbicara kemiskinan tetapi tanpa berbuat sesuatu. (*)