SOLO, MENARA62.COM – Optimalisasi peran Kelompok Kerja Guru (KKG) ISMUBA Solo untuk meningkatkan kompetensi guru disampaikan Nurul Jannah dalam rapat pembubaran panitia peningkatan mutu pembelajaran berbasis buku Al Islam SD Muhammadiyah Kota Surakarta, Rabu (9/3/2022).
Dalam kesempatan itu Nurul mengajak panitia untuk berta’awun, berkedisiplinan khususnya pengurus.
“Selasa 29 Maret 2022 kita akan menggelar Insya Allah tarhib dan Kajian Fiqih Ramadhan 1443 Hijriyah bersama ustaz Drs H Muqorrobin di gedung dakwah Balai Muhammadiyah Kota Surakarta secara offline,” ujar Ketua KKG ISMUBA, Surakarta.
Dalam hal fiqih, asalkan berkesesuaian dengan sumber utamanya Al-Qur’an dan Sunnah Makbullah. Dalam ibadah mahdah harus sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah (pemurnian), dan di luar ibadah mahdah dalam rangka dinamisasi masyarakat. Tetapi bagi masyarakat awam, hal ini sering dipertanyakan. Kenapa demikian? Kenapa ini berbeda dengan yang dahulu?
“Ustaz Muqorrobin juga Sekretaris MUI Kota Solo masa khidmah 2017-2022, maka sangat pas meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogis bagi guru dan peningkatkan kemampuan Guru dalam menyampaikan dan memahamkan materi Al-Islam kepada peserta didik SD Muhammadiyah khususnya kota Surakarta,” ujar Nurul Jannah.
Dia menjelaskan KKG bermanfaat bagi guru yang membuat program literasi. KKG juga digunakan untuk acuan referensi mengajar.
Selain itu, sambungnya, KKG yang aktif pun diharapkan bisa membantu guru untuk meningkatkan kompetensi guru dalam hal menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Penilaian Akhir Semester (PAS), dan Penilaian Akhir Tahun (PAT).
“KKG membantu persiapan guru untuk mengajar, membantu peningkatan kompetensi profesionalitas yang dibutuhkan guru, membuat kisi-kisi dan membantu tugas Ikatan Kepala Sekolah dasar Muhammadiyah (IKSD) yang diketuai Muzaini SAg MM,” tegasnya.
Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan K.H Ahmad Dahlan pada tahun 1911 dalam bentuk lembaga pendidikan modern merupakan “sintesa” atas realitas adanya sistem pendidikan yang dikotomis.
Pada saat itu terdapat pendidikan Islam dengan system pondok pesantren tradisional yang hanya mengajarkan pengetahuan agama saja, dan di sisi lain diselenggarakan sistem pendidikan modern ala kolonial yang sekuler.
Melihat sistem pendidikan yang dikotomis itu, K.H. Ahmad Dahlan secara kreatif berijtihad membangun suatu sistem pendidikan Islam modern yang integratif-holistik, berupa sekolah umum yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama Islam, dan madrasah yang mengintegrasikan ilmu-ilmu umum.
“Sistem pendidikan ini memiliki ciri utama, yaitu diajarkan ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan dalam perkembangannya diajarkan pula mata pelajaran kemuhammadiyahan. Ketiga mata pelajaran ini, yaitu Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan bahasa Arab lazim disebut Ismuba bagi sekolah dan madrasah Muhammadiyah merupakan ciri khusus dan keunggulan,” pungkasnya. (*)