JAKARTA, MENARA62.COM — Mengusung tema ’’Voice Your Rights’’ Generasi PINTAR menyelanggarakan wadah diskusi orang muda ragam identitas dari berbagai provinsi di Indonesia pada 4 dan 5 November 2020 secara virtual . Forum ini diselenggarakan untuk mengajak orang muda merawat semangat kepahlawanan mereka dan terus berkontribusi menyuarakan praktek baik untuk pembangunan bangsa yang lebih baik.
Orang muda adalah tonggak penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ikrar sumpah pemuda menjadi puncak pertama kebangkitan nasional menyatukan beragam perbedaan. Menjadi bukti nyata bahwa orang muda adalah pahlawan untuk menggubah perubahan dan menguatkan persatuan hingga masa kini. Peran orang muda sangatlah penting dalam setiap elemen kehidupan, karena pemuda adalah nyawa sebuah bangsa.
Dalam konteks masa kini, berperang memang bukan lagi mengangkat senjata melawan penjajah. Melainkan berperang untuk mengatasi berbagai masalah bangsa seperti, kemiskinan, diskriminasi, intoleransi dan berbagai masalah sosial lainnya. Semangat kepahlawanan harus terus dirawat dan diimplementasikan untuk hal tersebut.
Dalam prolog forum, Abdi Suryaningati, Team Leader Program Peduli menyampaikan bahwa salah satu karakteristik orang muda adalah memilik kebebasan untuk melakukan perjalanan, untuk mengeksplorasi berbagai bidang kehidupan dan bereksperimen yang juga didukung dengan mudahnya arus akses informasi. Meskipun begitu, tantangan framing dan persekusi dari pihak luar menjadi tantangan yang harus ditaklukan dan terus diupayakan bagi orang muda yang sedang berkontribusi dalam memperjuangkan isu-isu. Ia mengungkapkan, “Membuka saluran-saluran pada petinggi negeri untuk mengemukakan pendapat dengan argumen yang berlandaskan pada bukti-bukti konkret, tentang situasi lapangan yang sedang terjadi, juga merupakan bentuk ekspresi lain yang perlu terus diasah dan dirawat.”
Pada momentum Hari Pahlawan, Indonesia patut berbangga karena memiliki banyak pahlawan muda dari penjuru nusantara. Memiliki banyak latara belakang dan fokus isu yang berbeda, mereka turut andil bersatu dalam upaya menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Vicente Mariano, seorang disabilitas fisik dan ketua Young Voices Indonesia mengatakan bahwa “meskipun sudah ada UU yang mengatur keterlibatan kaum disabilitas dalam pembangunan, namun cenderung berat hati karena bukan diselenggarakan atas dasar kesadaran, melainkan tekanan Undang-Undang saja.’’ Hal ini membuat ia dan Young Voices Indonesia secara aktif terus melakukan edukasi dan advokasi terkait kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan. Salah satunya dengan melakukan audiensi kepada Anies Baswedan selaku Gubernur Jakarta, memperjuangkan Peraturan Daerah Disabilitas di Aceh untuk menjadikan Aceh sebagai kota yang inklusif serta melakukan advokasi kepada BUMN dalam mendorong partisipasi ragam disabilitas dalam ruang kerja.
Peran aktif dan bermakna orang muda sebagai pahlawan muda Indonesia tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi hal ini diungkapkan juga oleh Wulan Danoekoesoemo selaku Founder dari Yayasan Lentera Sintas Indonesia. ’’Dalam membenahi kasus penyintas kekerasan seksual kita memerlukan upaya kolektif dari berbagai lapisan masyarakat, khususnya orang muda. Hal ini karena kekerasan seksual dapat terjadi pada rentang usia, gender, dan dimana saja.’’ Oleh sebab itu, ia menggagas kampanye #MulaiBicara, yang tidak hanya ditujukan bagi penyintas kekerasan seksual, akan tetapi juga oleh berbagai pihak, yaitu orang muda untuk melakukan kampanye secara masif guna menyebarkan awareness.
Perjuangan orang muda untuk terus berkontribusi untuk bangsa, juga diutarakan oleh Kanzha Vina, aktivis transpuan sekaligus ketua sanggar SWARA. Meskipun hingga saat ini transpuan belum mendapatkan ruang untuk berpartisipasi dan bersuara serta dilibatkan secara aktif dalam pembangunan, tidak membuat mereka pantang mundur dan menyerah. Hal ini justru mendorong ia dan sanggar SWARA menginisiasi Trans School atau sekolah khusus perempuan yang salah satu tujuan adalah mengembangkan potensi dan mendororong transpuan untuk dapat mandiri sehingga bisa melakukan advokasi dalam hukum.
Sementara itu Rivanlee Anandar, Wakil Koordinator KontraS menambahkan bahwa keterlibatan orang muda untuk menyuarakan isu-isu atau menolak kebijakan menjadi langkah penting untuk mengawal pembangunan ’’keterlibatan orang muda dalam menolak satu
Kebijakan yang mampu merugikan publik adalah satu ruang yang bisa digunakan pada masanya. Jalanan adalah salah satu ruang yang bisa kita pakai selain ruang lain yang tersedia saat ini,’’ tegasnya. (*)