PURBALINGGA, MENARA62.COM — Mungkin, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui apa saja manfaat nuklir bagi kehidupan manusia. Padahal, pada saat ini, teknologi nuklir terus berkembang, dan membawa kesejahteraan bagi banyak orang. Karena nuklir tidak selalu berdampak buruk, nuklir tidak selalu erat kaitannya dengan perang.
Pengembangan varietas padi, dan penggunaan teknologi nuklir dalam dunia kedokteran, merupakan contoh kecil dari penggunaan nuklir untuk manusia. Untuk memanfaatkan dampak positif dari nuklir, pengembangan varietas padi juga terus dilakukan di Tanah Air, seperti dilansir kantor Berita Antara, Ahad (14/5/2017).
Penelitian dan pengembangan dioptimalkan guna menciptakan bibit unggul, yang mampu mengatasi tantangan ketahanan pangan. Salah satu varietas unggul padi, hasil rekayasa teknologi nuklir tersebut adalah Inpari Sidenuk.
Lalu, apakah Inpari Sidenuk tersebut?
Sekretaris Utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Falcony Margono mengatakan, Inpari sidenuk berasal dari singkatan Inbrida Padi Irigasi Si Dedikasi Nuklir. Inpari Sidenuk adalah benih padi yang saat ini banyak menjadi pilihan petani, karena memiliki umur tanam yang cukup pendek, yaitu 103 hari dan memiliki potensi hasil hingga 9,1 ton GKG/hektare.
Inpari Sidenuk adalah hasil iradiasi sinar Gamma 0,20 kGy pada benih Diah Suci yang merupakan hasil persilangan Cilosari dengan IR-74. Kemudian, dimutasi dengan cara iradiasi.
Inpari Sidenuk memiliki cita rasa pulen serta tahan serangan hama wereng cokelat. “Inpari sidenuk sebetulnya produk tahun 2011, namun sampai saat ini masih digemari masyarakat terutama masyarakat Jawa yang suka nasi pulen,” katanya.
Padi hasil teknologi nuklir tersebut, kata dia, sangat aman untuk dikonsumsi. “Tidak ada masalah, radiasinya juga sangat rendah. Sumber radiasi itu tidak ada kaitannya setelah menjadi beras, sehingga beras hasil teknologi nuklir sangat aman untuk dikonsumsi,” katanya.
Pada saat ini, Batan terus berupaya mengembangkan padi Sidenuk di sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. “Pada prinsipnya, ada upaya mengembangkan di seluruh Indonesia, namun karena keterbatasan anggaran maka dipilih daerah Jawa yang memang senang dengan nasi yang pulen, selain itu kita lakukan dengan demplot (demonstration plot) ke seluruh daerah,” katanya.
Pada tahun lalu, kata dia, ada 94 kabupaten dan kota yang telah dilakukan penyebaran. Sementara itu, dia juga menambahkan, Batan saat ini telah menghasilkan 22 varietas padi hasil teknologi nuklir. “Varietas padi tersebut setidaknya telah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dengan luasan kurang lebih dari tiga juta hektare,” katanya.
Dia juga menambahkan bahwa Batasn saat ini sedang melakukan pengembangan varietas baru yakni Tropical. Varietas tersebut diyakini dapat lebih unggul dibandingkan dengan Sidenuk dan dikembangkan untuk memperbaiki kekurangan Sidenuk. “Varietas padi Tropical memiliki keunggulan lebih tahan terhadap serangan hama dan diperkirakan tiga tahun lagi sudah bisa dipasarkan untuk dikembangkan,” katanya.
Dia juga mengatakan, Batan hingga saat ini terus berupaya menyosialisasikan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, kepada seluruh masyarakat di Indonesia. “Saat ini kami bermitra dengan 22 mitra daerah tingkat II/ kota-kabupaten untuk mengembangkan dan mendiseminasikan manfaat hasil penelitian dan juga pengembangan yang telah dilakukan oleh Batan, terutama di bidang pangan,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan percontohan di 60 kabupaten dan kota, agar petani dapat melihat secara langsung nilai tambah yang didapat jika mereka menggunakan varietas Batan. “Varietas-varietas ini dapat menguntungkan para petani, karena provitas yang tinggi dan tahan hama,” katanya.
Dia menambahkan, pada dasarnya varietas Batan dapat ditanam dengan berbagai budi daya sebagaimana menanam padi di masyarakat baik organik maupun non-organik. “Hasil panen yang lebih dari rata-rata yang dihasilkan petani inilah yang membuat petani untung,” katanya.
Purbalingga Menanam
Belum lama ini, telah dilakukan tanam perdana Padi Sidenuk di Desa Senon, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Tanam perdana padi tersebut dilakukan oleh Sekretaris Utama Batan Falcony Margono dan juga Bupati Purbalingga, Tasdi.
Pengembangan padi Inpari Sidenuk di Desa Senon, memiliki luas areal sekitar 10 hektare. Sementara 10 hektare lainnya, akan dikembangkan di Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Selain itu, akan ada tiga hektare lainnya yang digunakan untuk penangkaran benih, tujuannya agar hasil bisa digunakan kembali sebagai benih di musim yang akan datang.
Bupati Purbalingga, Tasdi, sangat bersemangat untuk mengembangkan varietas Inpari Sidenuk tersebut. Semangat Bupati Purbalingga, menjadi contoh, bahwa masyarakat tidak takut memanfaatkan nuklir untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Dulu kita mengenal nuklir hanya untuk perang, ternyata teknologi nuklir bisa juga untuk perdamaian, dan juga untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Seperti pada sektor pertanian, kata Bupati, varietas Inpari Sidenuk diyakini bisa memberi kesejahteraan bagi masyarakat Purbalingga. “Syukur-syukur nantinya Batan juga bisa menghasilkan padi yang berumur lebih pendek lagi,” katanya.
Langkah untuk mengembangkan varietas padi Inpari Sidenuk di Purbalingga, memang sangat sejalan, dengan upaya pemerintah daerah meraih target surplus beras pada tahun 2017 ini. Purbalingga yang memiliki banyak lumbung padi di wilayahnya, menargetkan surplus beras 81 ribu ton pada tahun 2017.
“Tahun 2015 surplus beras mencapai 63 ribu ton, tahun 2016 sebanyak 46 ribu ton dan mudah-mudahan target surplus beras tahun ini 81 ribu ton bisa tercapai,” katanya.
Kabupaten Purbalingga, sangat mendukung upaya ketahanan pangan, agar Indonesia tidak lagi melakukan impor beras, tetapi justru sebaliknya, bisa melakukan ekspor beras.