SOLO, MENARA62.COM – Dalam suasana khidmat dan penuh semangat kebangsaan, SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta menggelar upacara bendera untuk memperingati Hari Pahlawan Nasional 2025, Senin (10/11/2025). Upacara yang berlangsung di halaman sekolah tersebut diikuti seluruh guru, tenaga kependidikan, serta siswa dari kelas 1 hingga kelas 6.
Kali ini, Ustadz Sri Mulyana, yang akrab disapa Pakde Jabrik, bertindak sebagai pembina upacara. Dalam amanatnya, ia menyampaikan pesan mendalam tentang makna kepahlawanan yang relevan bagi generasi muda masa kini.
“Pahlawan adalah orang yang menonjol keberanian dan pengorbanannya untuk membela kebenaran,” ujar Sri Mulyana membuka amanatnya dengan penuh semangat, sambil sesekali berinteraksi ringan dengan peserta upacara. Ia bahkan sempat memancing antusiasme siswa dengan kuis berhadiah pulsa untuk menguji pengetahuan mereka tentang makna pahlawan dan singkatan KBBI.
Menurutnya, peringatan Hari Pahlawan bukan sekadar rutinitas upacara tahunan, melainkan momentum untuk meneladani perjuangan para pahlawan bangsa. “Dulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan senjata. Sekarang tugas kalian adalah berjuang melawan kebodohan dan kemalasan,” tegasnya.
Pakde Jabrik mengingatkan pentingnya kedisiplinan dan semangat belajar, salah satunya melalui program apel pagi yang rutin dilaksanakan bagi siswa kelas 4, 5, dan 6. “Apel pagi itu memang tidak enak, tapi dari situlah kalian dilatih menjadi generasi yang tangguh, sehat, dan berdisiplin,” ujarnya.
Dalam amanatnya, ia juga mengutip pesan Imam Syafi’i:
“Barang siapa tidak tahan lelahnya belajar, maka ia akan merasakan perihnya kebodohan.”
Sri Mulyana kemudian menautkan semangat kepahlawanan dengan nilai-nilai keislaman dan perjuangan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan, yang juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Ia menceritakan bagaimana KH. Ahmad Dahlan mengamalkan Surah Al-Ma’un hingga melahirkan gerakan besar Muhammadiyah yang kini memiliki jaringan pendidikan dari Aceh hingga Papua.
“Bangga tidak sekolah di Muhammadiyah? Harus bangga! Karena dari Muhammadiyah lahir banyak pejuang pendidikan dan sosial yang berjuang menegakkan Islam dan memajukan bangsa,” serunya disambut sorak semangat para siswa.
Menutup amanatnya, Pakde Jabrik berpesan agar setiap siswa menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dengan cara sederhana: belajar dengan tekun, berakhlak mulia, dan menghormati orang tua serta guru.
“Untuk menjadi pahlawan tidak harus berperang. Jadilah pahlawan bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan bangsa,” ujarnya menutup dengan doa agar para siswa kelak menjadi generasi unggul, berakhlak karimah, dan pejuang Islam yang berguna bagi masyarakat.
Upacara kemudian ditutup dengan doa bersama. Suasana haru dan bangga terasa menyelimuti halaman sekolah, mengingatkan semua yang hadir akan pentingnya melanjutkan semangat juang para pahlawan di tengah tantangan zaman. (*)
