JAKARTA, MENARA62.COM – Pemerintah Indonesia melalui peraturan yang dirilis pada 9 Juni 2023 secara resmi telah mencabut kewajiban memakai masker di tempat umum seiring terkendalinya pandemic Covid-19. Kebijakan tersebut bakal disusul dengan pengumuman status endemic Covid-19 di tanah air.
Namun demikian, Prof Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi di Rumah Sakit Kramat 128, Jakarta, menyarankan agar masyarakat tetap waspada. Karena tidak menutup kemungkinan penularan Covid-19 bisa terjadi di tengah merenggangnya aturan penggunaan masker dan jaga jarak.
Hal tersebut disampaikan Prof Zubairi dalam kegiatan bedah buku “Pandemi, Pembelajaran dan Kebijakan” yang ditulis oleh Prof Zubairi Djoerban di kantor IDI, Jakarta pada Rabu (12/7/2023).
Buku dengan sampul luks yang terdiri atas 128 halaman tersebut ditulis Prof Zubairi sebagai sebuah refleksi panjang ketika Indonesia dilanda pandemic Covid-19. Buku ini tak sekadar mengulas bagaimana pandemic Covid-19 telah merenggut banyak jiwa dan mengungkapkan berbagai kelemahan system kesehatan di banyak negara termasuk Indonesia. Tetapi juga menuliskan sisi positif dari pandemic mulai dari penggunaan teknologi informasi dalam system kesehatan, kemajuan bidang di bidang epidemiologi dan virologi, kemajuan dalam hal pengetahuan tentang penularan dan diagnosis hingga kemajuan bidang vaksin.
Selain itu berkembang pula system pengobatan biomedis dengan dukungan riset dan inovasi yang dilakukan terus menerus oleh ahli dari berbagai pusat penelitian. “Hasilnya adalah pengobatan yang semakin lama semakin efisien, efektif dan juga aman bagi pasien,” tulis Prof Zubairi pada halaman 53.
Menariknya, buku tersebut mengulas tentang long covid-19. Kondisi dimana banyak dialami oleh mereka yang pernah terkena virus Covid-19. Keluhan berupa cepat lelah, nafas tersengal-sengal, sakit kepala, mudah lupa atau sulit fokus pikiran, tidak dapat mencium bau dan lainnya pasca dinyatakan sembuh dari Covid-19.
“Meski tidak nyaman, harap diketahui bahwa anda tidak sendiri. Ada banyak bahkan jutaan orang di dunia yang mengalami apa yang disebut sebagai long Covid,” tambahnya.
Hingga saat ini belum diketahui apa penyebab terjadinya long Covid. Namun para ilmuwan memfokuskan pada 4 hal. Pertama, bekuan darah dan kerusakan pada pembuluh darah kapiler. Berbeda dari pembuluh aeteri dan vena yang mengalirkan dara ke bagian atas dan bawah tubuh, pembuluh darah kapiler mengeman tugas utama mendistribusikan oksigen dan zat gizi ke setiap sel dalam tubuh. Lebih dari itu, pembuluh darah kapiler juga bertugas membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Hambatan karena bekuan yang dialami oleh pembuluh darah kapiler sudah jelas akan menyebabkan tekanan dan gangguan pada sel-sel tubuh. “Hal ini yang menyebabkan orang mudah lelah,” tegasnya.
Kedua, gangguan pada system imun. Normalnya inflamasi atau peradangan adalah mekanisme pertahanan tubuh yang wajar terjadi jika kita mengalami infeksi atau luka. Namun penelitian lebih lanjut terkait long Covid menunjukkan peradangan yang diakibatkan infeksi virus corona ini terjadi dalam skala lenih luas.
Ketiga, infeksi persisten. Sampai saat ini belum ada kesimpulan pasti apakah pada kasus long covid virus nantinya akan sepenuhnya hilang dari tubuh.
Keempat, kerusakan metabolisme. Konsep lain yang ditawarkan para ahli mengenai ketidakmampuan tubuh menghasilkan tenaga, kemungkinan adalah abnormalitas pada mitokondria, bagian dari sel yang berfungsi seperti pembangkit tenaga dengan cara mengubah zat gizi menjadi energi yang digunakan tubuh. Teorinya, virus menyebabkan mitokondria menjadi tidak aktif sehingga orang menjadi cepat lelah dan sulit memfokuskan pikiran.
“Di sejumlah negara telah mendirikan pusat penanganan long covid. Di inggris misalnya sudah 60 pusat layanan long covid didirikan,” kata Prof Zubairi.
Melihat dampak yang cukup serius tersebut, pada akhir ulasannya, Prof Zubairi menyarankan agar masyarakat tetap waspada meski pandemic sudah melandai. Banyak kasus covid berulang melanda mantan penderita Covid. Sebut saja PM Singapura yang baru dinyatakan sembuh dari Covid pada 28 Mei 2023, ternyata sepekan kemudian mengalami infeksi lagi.
Lalu Presiden AS Joe Biden dan istrinya mengalami hal yang sama pada tahun lalu. Setelah dinyatakan positif Covid pada 21 Juli 2022, Biden dinyatakan sembuh pada 6 hari kemudian. Namun pada 30 Juli 2022, Biden dinyatakan terkena corona lagi.
Berbeda dengan buku pada umumnya, pada buku Pandemi, Pembelajaran dan Kebijakan, Prof Zubairi tidak mengantar para pembacanya dengan daftar isi buku. Setelah kata pengantar, pembaca langsung disuguhkan dengan bab 1 yang terus berlanjut hingga bab berikutnya. Ini memaksa pembaca untuk menelaah secara runtut isi buku sejak bab pertama hingga terakhir.
Bedah buku ini menghadirkan pembahas Prof. Aru W Sudoyo, Dr Erlina Burhan, Prof Evy Yuniastuti, dan Prof Irwanto.