BIMA, MENARA62.COM–Koordinator relawan psikososial MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), Khoirul Anas di Bima, Sabtu (31/12/2016) mengungkapkan, anak-anak di Kota Bima pasca terjadinya banjir, banyak yang mengalami trauma.
“Bahkan ada anak yang takut ketika turun hujan. Mereka sepertinya masih teringat kejadian banjir beberapa hari yang lalu,” ujar Anas.
Kota Bima mengalami banjir hebat pada hari Rabu (21/12/2016) disusul banjir yang lebih besar pada hari Jumat (23/12/2016). Ada 105.758 jiwa terdampak, yang berada di lima Kecamatan (33 Kelurahan) dan 104.378 orang terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang aman. Saat ini sejumlah warga yang mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. Namun demikian persoalan psikologi, patut menjadi perhatian semua pihak.
“Anak – anak itu merupakan kelompok rentan yang harus mendapatkan perhatian khusus dan serius. Tugas relawan mengajak mereka kembali pulih dan tidak lagi terganggu oleh peristiwa banjir beberapa waktu lalu”, demikian penuturan Anas pria yang sudah berpengalaman menjalankan program-program psikososial MDMC ini.
Soal kesiapan MDMC untuk program layanan psikososial ini, Anas mengaku, mereka sedang mempersiapkan puluhan relawan psikososial. “Kami telah membekali puluhan relawan psikososial Muhammadiyah dengan pengetahuan dan ketrampilan mendampingi anak-anak terdampak banjir Bima. Relawan tersebut sebagian besar adalah Mahasiswa di berbagai kampus Muhammadiyah di Bima dan Mataram. Jumlah mereka akan terus bertambah seiring dengan cakupan area layanan,” ujarnya.
Pemberian layanan psikososial merupakan bagian tidak terpisahkan dari penanggulangan bencana yang komprehensif. Layanan psikososial ini tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk kelompok rentan yang lain seperti lansia, ibu hamil dan ibu menyusui.
Sementara itu di tempat yang sama, koordinator tim relawan Muhammadiyah, Muslimin, menyebutkan bahwa saat ini pihaknya telah menetapkan area untuk layanan psikososial. Rencananya, mereka menerjunkan tim psikososial di sejumlah tempat yaitu di posko Muhammadiyah di Manggonao, pondok pesantren Al-Ikhlas di Sarae, Panti Asuhan Aisyiyah di Pane dan IAIM di Nae.
“Layanan psikososial ini akan menyesuaikan dengan operasi kebersihan lingkungan yang sedang kami jalankan. Saat ini yang sudah siap di Manggonao dan Sarae dalam waktu dekat relawan psikososial sudah melakukan aktifitas”, demikian penuturan Muslimin yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Mataram ini.
Agar proses layanan psikososial ini berlangsung baik, Muslimin mengaku pihaknya telah mempersiapkan permainan edukatif dalam beberapa paket. “Paket permainan edukatif telah kami siapkan dan akan kami pergunakan di area layanan psikososial di atas. Permainan edukatif ini akan membantu para relawan mendeteksi kondisi psikologis anak sehingga akan mempermudah penangangan,” jalas Muslimin.