28.9 C
Jakarta

Pelatihan Sekolah Ramah Anak bagi Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (UHAMKA) dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta (Dikdasmen PWM DKI Jakarta), menggelar pelatihan sekolah ramah anak bagi kepala sekolah di DKI Jakarta, Kamis dan Jumat, 6-7 Agustus 2020.

Acara ini diikuti oleh kepala sekolah dasar di lingkungan PWM DKI Jakarta. Acara yang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan catur dharma perguruan tinggi di lingkungan kampus Uhamka ini, mengangkat tema “Pelatihan Sekolah Ramah Anak untuk Mewujudkan Siswa yang Mandiri”. Acara yang dilaksanakan oleh Rita Pranawati, dosen FISIP Uhamka sekaligus juga wakil ketua KPAI, dan Abdul Khohar, Dosen FISIP UHAMKA bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta.

Acara ini dibuka oleh Dr Gufron Amirullah MPd, sekretaris Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta. Dalam sambutannya, Gufron sangat mengapresiasi terlaksananya kegiatan ini. Menurutnya, pelatihan ini sangat menarik dan sangat dibutuhkan oleh kepala sekolah di lingkungan PWM DKI Jakarta. Sekolah dasar di lingkungan PWM DKI Jakarta memang dituntut untuk menerapkan sekolah ramah anak. Langkah ini penting dilakukan, mengingat banyak kasus yang terjadi di lingkungan sekolah Muhammadiyah. Itu sebabnya, guru masih membutuhkan pengetahuan tentang perspektif hak anak dalam pembelajaran dan pendidikan.

Majelis Dikdasmen PWM DKI Jakarta berharap setelah mengikuti pelatihan ini, kepala sekolah mampu menerapkan sekolah ramah anak di lingkungan sekolahnya masing-masing.

“Kami sadar bahwa kondisi lingkungan di masing-masing wilayah berbeda-beda. Untuk sekolah Muhammadiyah yang berada di kawasan menengah ke atas mungkin lebih mudah dalam menghadapi karakter siswa, tetapi bagi sekolah yang berada di wilayah seperti Tanah Abang, butuh panduan ekstra untuk menghadapi para siswa, karena mereka mungkin terbiasa berkata-kata kasar”, ujar pria yang juga Sekretaris LPPM Uhamka.

Sesi pelatihan

Pelatihan ini dibagi ke dalam beberapa sesi. Pertama ada materi mengenai Perlindungan Anak melalui Sekolah Ramah Anak yang dibawakan oleh Rita Pranawati. Pada materi ini kepala sekolah diajarkan bagaimana pentingnya sekolah ramah anak dalam upaya memberikan perlindungan kepada siswa. Selanjutnya ada materi Pendisiplinan di Sekolah Ramah Anak, serta materi mengenai Pencegahan Kekerasan Anak di Era Digital. Dalam paparannya, Rita mengatakan, disiplin itu harus, tegas itu harus, marah itu boleh tapi korban harus ditolong. Lalu bagaimana bentuk disiplin di SRA, apakah harus selalu bermuka ramah, membiarkan anak berbuat semaunya?

“Kalau seperti itu nanti akan menjadi permisif, padahal kita tidak bicara tentang permisivisme,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, banyak mitos yang berkembang di masyarakat seputar hukuman. Mitosnya adalah, hukuman fisik merupakan cara yang paling baik dalam mendisiplinkan anak. Faktanya, menurut hasil penelitian bahwa hukuman fisik justru malah berdampak negatif pada perkembangan anak. Sebaliknya pendekatan dengan disiplin positif (tanpa hukuman) mendorong berkembangnya kedisiplinan pada anak, imbuh wakil ketua KPAI ini.

Peserta diberikan tugas untuk menjelaskan kondisi sekolah, dan menuliskan rencana mereka ke depan dalam menerapkan sekolah ramah anak di lingkungannya. Acara ditutup dengan pemaparan dari masing-masing peserta mengenai kondisi lingkungan sekolah mereka dalam menerapkan sekolah ramah anak. Semoga semakin banyak sekolah yang tercerahkan dengan menerapkan sekolah ramah anak dalam rangka mencapai pendidikan yang berkualitas dan membawa generasi Indonesia lebih maju.

 

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!