Oleh : Hendro Susilo *)
“Mula-mula agama Islam itu Cemerlang, kemudian kelihatan makin suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya, bukan agamanya” (KH Ahmad Dahlan)
SOLO, MENARA62.COM– Saya cuplik pesan yang sangat mendalam dari KH Ahmad Dahlan. Pesan yang saya tangkap adalah begitu penting sekali upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar tercipta kehidupan yang cemerlang. Tidak heran bahwa KH Ahmad Dahlan sangat memperhatikan kualitas pendidikan pada masanya. Beliau berjuang untuk mengangkat kualitas pendidikan Islam yang pada saat itu jauh tertinggal dari sekolah-sekolah Belanda.
Jika kita menilik lebih jauh pemikiran pendidikan pada masa Rosulullah, kita bisa telaah dan membagi materi pendidikan periode Mekkah menjadi materi pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak. Sedangkan materi pendidikan periode Madinah berupa pendidikan keimanan, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan kesehatan (jasmani) dan pendidikan kemasyarakatan (Samsul Nizar,2011). Terlihat jelas bahwa tidak ada dikotomi ilmu antara ilmu agama dan ilmu umum pada kurikulum (materi) pendidikan masa Rosulullah SAW.
Pendidikan Islam harus memperhatikan hal tersebut, bahwa integrasi materi (keilmuan) dalam pendidikan dibutuhkan oleh masyarakat, dalam hal ini adalah siswa. Terkadang, masih ditemukan kurikulum agama menyimpan berbagai persoalan. Misalnya saja, bahwa kurikulum agama banyak yang tumpang tindih, dogmatis, dan pada bagian tertentu, konsep keagamaan yang diajarkan tidak ada relevansinya dengan kehidupan zaman modern ini.
Dalam beberapa referensi, bisa kita temukan peranan kurikulum yang terbagi menjadi 3 peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif dan peran kritis-evaluatif. Peran konservatif terkait pewarisan nilai-nilai budaya. Pewarisan nilai yang dimaksud tentu saja yang menjadi nilai fundamental, sedangkan nilai instrumental bisa berubah sesuai zaman. Peran kreatif terkait dengan kurikulum, harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Kurikulum Agama Islam seharusnya mengembangkan pengalaman belajar yang bersumber dari realitas sosial sebagai sumber untuk berfikir kreatif menyelesaikan problem sosial.
Peran kritis-evaluatif terkait dengan kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya yang mana perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang harus dimiliki siswa. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan dinamika nilai Islam perlu disisihkan. Sebaliknya nilai yang sesuai atau mendukung perkembangan Islam perlu disusun dan diorganisasikan menjadi program pengalaman belajar siswa.
Kurikulum Ismuba
Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan sebuah ikhtiar kreatif dalam membangun suatu sistem pendidikan Islam modern yang integratif-holistik. Pendidikan Islam integratif-holistik yang dimaksud berupa sekolah umum yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama Islam, dan madrasah yang mengintegrasikan ilmu-ilmu umum.
Kurikulum Ismuba merupakan ciri khas dari sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berbasis holistik-integratif. Pelaksanaan dari kurikulum ISMUBA dengan sistem paket. Artinya, wajib diikuti oleh seluruh siswa selama waktu belajar dengan waktu dan beban belajar yang sudah ditentukan majelis pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Cakupan materi kurikulum Ismuba meliputi aspek aqidah-akhlak, Al-Qur’an-Hadist, Ibadah-Muamalah, Tarikh, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab. Implementasi kurikulum Ismuba berbasis holistik- integratif di sekolah Muhammadiyah meliputi penanaman aqidah, pembentukan sikap, kepribadian, pengetahuan serta keterampilan yang terpadu dan menyeluruh. Untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah, perlu sekiranya ada pengembangan kurikulum Ismuba yang memperhatikan konteks kekinian tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental agama.
Berbicara tentang pengembangan kurikulum, kegiatannya mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian. Langkah-langkah pengembangan di mulai dari perumusan tujuan, menentukan isi, pengorganisasian dan proses KBM serta evaluasi.
Visi, misi dan tujuan Pendidikan Muhammadiyah telah jelas dirumuskan oleh persyarikatan. Pun termasuk kurikulum Pendidikan Muhammadiyah yang meliputi landasan kurikulum, standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar guru Ismuba, standar penilaian dan silabus telah ditetapkan standarnya oleh Majelis Dikdasmen PP. Sekolah menerjemahkan standar-standar pada tingkat operasional agar terwujud tujuan pendidikan Muhammadiyah. Seperti standar isi, sekolah perlu melakukan kajian karakteristik, kesesuaian, keluasan dan kedalaman materi agar kompetensi sikap spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan siswa menjadi unggul.
Dalam hal pengorganisasian dan proses pembelajaran, sekolah perlu menerjemahkan sistem pendidikan integratif-holistik dalam program-program sekolah. Pendidikan pengetahuan umum dilandasi dan diperkaya perspektif agama Islam, begitu juga pendidikan Ismuba diperkaya dengan pengetahuan pada pelajaran umum. Berbagai pendekatan dan metode yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa agar menjadi pribadi yang utuh perlu dimiliki oleh sekolah agar proses pembelajaran bermutu bisa tercapai.
Evaluasi kurikulum membahas berbagai kegiatan memonitor, baik proses maupun produknya pada pelaksanaan kurikulum dengan maksud mencari data untuk keperluan revisi lebih lanjut. Evaluasi dalam kurikulum yang sedang dikembangkan merupakan suatu keharusan, karena evaluasi menentukan berhasil tidaknya kurikulum yang sedang diimplementasikan. Metode terkait evaluasi kurikulum cukup beragam, namun pada intinya evaluasi kurikulum merupakan proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program apakah dipertahankan, direvisi atau dihilangkan.
Pengembangan kurikulum Ismuba tingkat operasional sekolah dari sisi konten dan proses perlu diperkuat dan diperkaya muatannya. Tujuan pendidikan Muhammadiyah akan tercapai bila pengelolaan dan pengembangan kurikulum yang meliputi komponen isi, proses dan evaluasi optimal. Strategi penanaman nilai fundamental, nilai kreatifitas dan nilai kritis yang menjadi peran kurikulum perlu dikembangkan sekolah. Dengan demikian, sekolah akan menjadi lembaga pendidikan Islam yang berkontribusi pada kemajuan umat. Pesan KH Ahmad Dahlan di atas, seyogyanya mendorong sekolah melakukan inovasi dan pengembangan kurikulum agar menghasilkan manusia yang “cemerlang”.
*)Litbang SMA Muh PK Kottabarat