JAKARTA, MENARA62.com– “Masyarakat kita yang punya akun media sosial sebenarnya adalah orang-orang yang mentalnya sakit. Bagaimana tidak sakit, toh mereka suka dengan berita-berita atau informasi palsu. Hoax jadi sarapan pagi. Ini kan sakit jiwa namanya.”
Demikian dijelaskan Dr Rulli Nasrullah menanggapi begitu maraknya penyebaran informasi palsu atau hoax di media sosial (medsos) kepada Menara62.com Rabu (11/01/2017).
“Kenapa saya bilang sakit? Karena hampir sebagian besar mereka yang membaca hoax adalah orang-orang yang secara usia bisa dibilang sudah cukup dewasa. Sayangnya, perilaku di media sosial tidak menunjukkan kedewasaan dalam menerima informasi.”
Menurut Direktur Lembaga Pengembangan Studi Informasi ini, pengguna media sosial banyak yang enggan membaca secara tuntas informasi yang beredar di media sosial dan juga di aplikasi pesan seperti Whatsapp maupun Telegram. Kondisi ini menyebabkan mudahnya orang ikut menyebarkan hoax karena faktor tergoda oleh judul atau paragraf awal yang sebenarnya menyesatkan.
Juga, pengguna media sosial terlalu sering untuk mengabaikan faktor komfirmasi kebenaran informasi. Seolah-olah apa yang disebarkan oleh jaringan pertemanan mereka di medsos adalah informasi yang sudah valid atau benar.
“Saya sendiri cukup heran mengapa pengguna medsos banyak yang enggan untuk mencari kebenaran sebuah berita di internet,” jelas penulis buku Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi ini,”padahal, misalnya saja nih, untuk mencari kebenaran foto yang disebarkan kita cukup menggunggah itu di mesin pencarian Google. Tidak perlu waktu lama untuk menjawab apakah foto ini benar atau hanya tipuan.”
Untuk menghindari penyebaran hoax yang lebih masiv, Rulli Nasrullah menyarankan masyarakat pengguna media sosial, untuk lebih berhati-hati menerima informasi yang banyak beredar. Pastikan bahwa informasi itu benar dan konten di dalamnya juga berasal dari situs atau sumber yang benar pula.
Sealin itu, kesadaran bermedia atau literasi media juga mesti terus-menerus diingatkan kepada orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. Tidak jarang banyak orang-orang yang terjerumus dalam perangkap hoax dan ikut menyebarkan berita bohong.
“Perlu kehati-hatian dalam menerima informasi di medsos. Tidak semua yang dipublikasikan atau diunggah oleh teman adalah berita benar. Jangan sampai pengguna medsos ikut-ikutan jadi sakit gara-gara hoax ini,” katanya.