JAKARTA, MENARA62.COM — Seperti diketahui, beberapa hari yang lalu, ITB Ahmad Dahlan atau biasa dikenal ITB-AD viral di dunia maya termasuk menjadi trending topik di Twitter. Hal ini bermula dari pemberitaan Rektor ITB Ahmad Dahlan (ITB-AD), Dr. Mukhaer Pakkanna, S.E. M.M., yang dikaitkan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) oleh salah satu Netizen.
Menanggapi hal itu, Prof. Dr. Ir. H. Koesmawan Adang Soebandi, M.Sc. M.B.A. D.B.A., Guru Besar Bidang Manajemen ITB Ahmad Dahlan memberikan penjelasannya. Berikut selengkapnya penjelasan Guru Besar ITB-AD yang akrab dipanggil “Mang Engkoes” ini, yang disampaikan langsung ke Whatsapp Group Alumni ITB Bandung.
Saya sangat terperanjat, ketika akhir-akhir ini, WAG Ikatsatu, yakni WA-nya, Kumpulan Alumni ITB angkatan 71, di mana saya adalah alumni TI-ITB-71, heboh lagi masalah singkatan kampus di mana saya bekerja, yaitu ITB Ahmad Dahlan, kependekan dari Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta. Padahal pada masa mendatang kemungkinan akan ada ITB Ganesha (D/h STIE Ganesha), saya mendengar kabar sedang dalam proses izin pendiriannya.
Oleh sebab itu, saya menduga tidak akan ada masalah, dengan singkatan ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Karena ada Institut Teknologi dan Bisnis yang lain. Mengapa tiba-tiba isu ini muncul. Dugaan saya, karena Rektor ITB Ahmad Dahlan, Dr. Mukhaer Pakkanna, S.E. M.M., menulis di mana-mana dan menjadi Narasumber dalam berbagai kesempatan. Karena tulisan maupun komentarnya itu beredar di media sosial yang resmi, maka berkembanglah atau menjadi sorotan singkatan ITB Ahmad Dahlan itu.
Saya akan menjelaskan kronologis saja sampai ada nama ITB Ahmad Dahlan, sebatas pengetahuan dan jabatan saya di ITB Ahmad Dahlan. Saya Koesmawan, saat ini menjabat Ketua Senat Akademi ITB Ahmad Dahlan. Seperti kita ketahui, jabatan Ketua Senat di kampus kami itu bukan Rektor dan bersifat normatif, tidak boleh menjelaskan apa-apa secara resmi keluar. Dengan demikian, Saya menulis ini dengan kapasitas sebagai “Sahabat Sesama Alumni ITB Bandung Angkatan 1971”.
Anggota Senat ITB Ahmad Dahlan itu ada Rektor, Warek, Kepala Lembaga, Dekan dan Perwakilan dosen total 17 orang. Mungkin saja, bila ada surat keberatan dari ITB Bandung misalnya, pasti Rektor ITB Ahmad Dahlan akan secara resmi menjelaskannya, lalu juga PP Muhammadiyah yang meresmikan berdirinya ITB Ahmad Dahlan. SK Pendirian ITB Ahmad Dahlan diberikan secara langsung oleh Presiden Jokowi, pada tanggal 19 November 2018.
ITB Ahmad Dahlan adalah perubahan bentuk dari ABM (Akademi Bank Muhammadiyah), yang salah satu Pendirinya adalah Mr. Syafruddin Prawiranegara. Beliau seorang pejuang kemerdekaan, Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai Ketua (setingkat Presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berdiri tahun 1968. Kemudian menjadi AKPM (Akademi Keuangan dan Perbankan Muhammadiyah) tahun1985, berubah lagi menjadi STIE Ahmad Dahlan Jakarta pada tahun 1998.
Mengapa muncul nama ITB Ahmad Dahlan. Awalnya, zaman kepemimpinan saya, teringat saya, seorang dosen Alm. Darwin Erhandy, S.E. M.M., bertemu saya dan berpikir, “Kita jangan mengelola jurusan ekonomi saja, coba kembangkan ke Komputer (baca IT).”
Saya hanya senyum saja tak ada langkah-langkah sama sekali ke arah perubahan bentuk. Lalu zaman setelah saya, mulailah upaya kecil-kecilan, menuju IBM (Institut Bisnis Muhammadiyah). Misal di kop surat, di kaos dan lain lain ada kalimat, “Menuju Institut Bisnis Muhammadiyah“.
Nah, sejak era kepemimpinan mulai dari Azrul Tandjung, S.E. M.Si., lalu Prof. Dr. Fathurahman Djamil, M.A., dan akhirnya upaya keras Dr. Mukhaer Pakkanna, S.E, M.M., dan kawan-kawan mulailah sejak tahun 2012, memperjuangkan kembali perubahan bentuk dari STIE Ahmad Dahlan Jakarta menjadi IBM (Institut Bisnis Muhammadiyah).
Sejak Dr. Mukhaer dan kawan-kawan berjuang mendapatkan izin IBM itu panjang sekali. Bisa dibayangkan bagaimana beliau dan kawan-kawan berusaha keras.
Kalaulah saya tarik garis sejak beliau Pimpin STIEAD, itu berarti IBM diperjuangkan kembali sejak tahun 2009. Jangan tanya berapa itu surat bolak-balik ke Kopertis, ke Dikti dan ke kementerian, yang kelak akan masuk Sekab karena akan diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Persoalan yang menjadi heboh ialah “Mengapa menjadi nama ITB Ahmad Dahlan? bukankah impian kita sejak dulu adalah IBM?”
Ini duduk persoalannya. Dirjend Dikti, hanya akan memberi izin, apakah pendirian kampus baru, atau perubahan bentuk, maka hanya prodi yang masuk rumus STEM (Science, Technology, Engineering dan Mathematics) yang diizinkan.
Oleh sebab itu, IBM yang hanya punya Ekonomi, Akuntansi, dan Keuangan Syariah itu tidak mendapat izin. Maka, Dr. Mukhaer Pakkanna, S.E. M.M., menambahkan prodi yang bersifat Teknologi, yaitu Arsitektur, Desain Komunikasi Visual (DKV), Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Sehingga nama yang diusulkan menjadi ITBM (Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah).
Tapi pertimbangan Dikti, nama semula jangan diganti. Misal YAI, menjadi Unversitas YAI. ASMI Menjadi Universitas ASMI. Maka STIE Ahmad Dahlan yang menjadi institut teknologi dan bisnis, harus menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, disingkat ITB Ahmad Dahlan. Terdiri atas dua Fakultas, Fakultas Ekonomi Digital dan Fakultas Teknik dan Desain.
Demikianlah kawan-kawan yang bisa saya jelaskan secara informal.
Tidak menutup kemungkinan, bila ada keberatan dari ITB secara tertulis misalnya, pasti akan direspon oleh pimpinan saya. Saya terus terang tidak pernah ikut hadir dan apalagi menyusun proposal IBM (baca: ITB Ahmad Dahlan), kecuali ada undangan dari Kopertis (LLDIKTI Wil-3), untuk sekadar mendampingi pimpinan. Semua dikerjakan oleh para junior pelanjut saya yang kini hampir doktor semua. Saya berharap, penjelasan saya, bisa memuaskan. Mohon maaf bila kata-katanya kurang berkenan. Saya hargai perhatian saudara terhadap masalah ini. Semoga menjadi kebaikan bagi kita. (*)