JAKARTA, MENARA62.COM – Menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-26, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam mengingatkan bahwa perguruan tinggi harus selalu menjadi mata air yang tidak hanya menyuburkan serta menghidupi masyarakat, tetapi juga turut memajukan industri dan ekonomi demi kemajuan bangsa dan negara. Hal ini disampaikannya pada Webinar Hakteknas 2021 bertajuk “Digitalisasi Inovasi untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Indonesia” yang diselenggarakan oleh IPB University, Kamis (5/8).
Nizam juga mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya sumber daya yang unggul, produktif, kreatif, inovatif dan perkembangan inovasi terknologi. Dua hal tersebut sangat kuat dilakukan di perguruan tinggi dikarenakan sesuai dengan visi, misi dan mandat dari perguruan tinggi itu sendiri yaitu mengembangkan sumber daya unggul dan mengembangkan berbagai teknologi yang diharapkan dapat berdampak bagi masyarakat luas.
Selanjutnya, Nizam menyebut bahwa pertanian merupakan salah satu sektor basis kekuatan negara. Tidak ada satupun negara maju yang tidak memiliki kedaulatan pangan. Bahkan Amerika yang dikenal sebagai negara industri maju pun sudah lebih dulu dikenal sebagai negara eksportir pangan di dunia. Begitupun Belanda yang dikenal hanya memiliki lahan seluas 7% dari lahan Indonesia, sudah diakui menjadi negara eksportir pangan terbesar ke-2 di dunia.
“Oleh karena itu, sangat ironis jika kita Indonesia sebagai negara yang dikenal memiliki lahan yang sangat subur, curah hujan yang selalu ada sepanjang tahun, sinar matahari selalu tersedia sepanjang tahun, tetapi kita masih sangat bergantung pada impor pangan,” ucap Nizam.
Hingga saat ini, lanjut Nizam, masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih tertarik dengan produk pangan impor dikarenakan kualitasnya yang lebih terjamin. Oleh karena itu, tugas besar bagi Indonesia untuk selalu mengembangkan teknologi pangan sehingga dapat menjamin kualitas dan ketersediaan produk pangan lokal. Nizam pun berharap bahwa hal tersebut bisa diwujudkan melalui tahapan-tahapan yang jelas, progres yang terukur, dengan cara bergotong royong.
“Kita harus gelorakan rasa bangga dan cinta akan makanan Indonesia dan kita harus menjadikan buah-buahan atau produk pangan Indonesia ‘raja’ di negara mereka sendiri, asia, bahkan dunia,” tuturnya.
Menurut Nizam untuk mewujudkan kedaulatan pangan, perguruan tinggi tidak dapat berjalan sendirian. Tentu diperlukan peranan dari mitra-mitra pertanian yang harus menjadi garda terdepan dan otomatis harus terjamin kesejahteraannya. Hal tersebut tentu akan mempermudah terwujudnya harapan Indonesia untuk menjadi negara sumber ekspor pangan terbesar di dunia atau sekedar dapat diakui di Asia.
Dengan program Kampus Merdeka, tentunya ladang penelitian saat ini sangat terbuka lebar dikarenakan hakikat dari Kampus Merdeka itu sendiri adalah ‘mengawinkan’ antara kampus dengan seluruh lapisan mitra industrinya dalam hal ini masyarakat petani, pelaku bisnis pertanian, maupun pasar, demi terciptanya SDM unggul dan inovasi.
Rektor IPB, Arif Satria menyampaikan terdapat banyak sekali inovasi IPB University di bidang pangan, khususnya ‘smart farming’ dan manajemen lingkungan 4.0. yang telah dihasilkan oleh IPB University, di antaranya menciptakan alat yang dapat mendeteksi kebakaran hutan 6 bulan sebelumnya, alat untuk mengetahui kesehatan padi, alat pemupukan yang presisi, dan masih banyak inovasi lainnya. Ia menambahkan IPB University saat ini memiliki kedudukan yang cukup memuaskan. “Dalam bidang agriculture, kita berada di urutan ke-62 di dunia dan urutan ke-10 di Asia setelah perguruan tinggi di China dan Jepang,” ungkapnya.
Dilansir dari Business Innovation Centre, dari total 1.274 inovasi nasional, 549 inovasi berasal dari IPB. Hal tersebut merupakan hasil dari pengembangan program ‘Agro Maritim 4.0: Kontribusi Pemikiran IPB untuk Indonesia’ yang dicanangkan sejak 2018 untuk mendorong lahirnya inovasi-inovasi digital sebagai solusi untuk pertanian di masa depan.
Arif juga mengarahkan bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih lanjut detail dari keberagaman inovasi yang telah IPB University lakukan, dapat mengakses aplikasi IPB Innovation yang juga dapat diunduh secara gratis di Playstore. Platform tersebut nantinya menjabarkan secara detail tentang klasifikasi inovasi yang terdiri dari inovasi 1 hingga inovasi 5 dengan masing-masing fokus sektor. Salah satu sektornya adalah smart farming, bahan pangan impor serta obat-obatan herbal, dan lain-lain.
Sementara itu, Wakil Rektor IPB University Bidang Inovasi dan Bisnis, Erika Budiatri Laconi mengatakan bahwa penyelenggaraan Hakteknas selalu menjadi momentum bagi anak bangsa untuk menyosialisasikan berbagai hasil rintisan teknologi yang diharapkan selain dapat memberikan solusi dari permasalahan di berbagai sektor juga dapat mendorong kemandirian bangsa serta mengakselarasi pertumbuhan ekonomi secara nasional.
“IPB University pun akan turut berpartisipasi menampilkan 65 inovasi unggulan yang telah diimplementasikan baik secara komersil maupun secara sosial yang terdiri dari berbagai bidang teknologi pangan, teknologi informasi, teknologi komunikasi, dan teknologi lainnya,” sambung Erika.
IPB University mengajak dosen, peneliti, dan pebisnis agar berkolaborasi secara sinergis untuk menghasilkan inovasi yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, agar terwujud inovasi-inovasi di bidang pertanian yang unggul sehingga meningkatkan kepercayaan diri bangsa untuk dapat menghadapi pandemi Covid-19.
“Tentunya inovasi-inovasi yang dihasilkan masih akan terus bersifat adaptif seiring berkembangnya waktu dan tergantung kondisi lapangan, serta tidak semua teknologi dapat langsung direct adaptif terhadap masyarakat dikarenakan masih diperlukannya adaptasi di semua kebutuhan masyarakat,” pungkasnya.