JAKARTA, MENARA62.COM – Hampir semua perguruan tinggi telah siap untuk menggelar pembelajaran atau perkuliahan tatap muka. Karena itu di tengah meningkatkan kasus Covid-19 di tanah air, rencana perkuliahan tatap muka tetap dilanjutkan.
“Kita lakukan sharing, saling berbagi informasi dan praktik baik antar kampus guna mewujudkan kampus yang aman, nyaman dan sehat di tengah masih tingginya angka penularan Covid-19,” kata Dirjen Dikti Kemendikbudristek Nizam pada kegiatan taklimat media, usai Rapat Koordinasi Kebijakan Ditjen Dikti dan Persiapan Pembelajaran Tatap Muka, Senin (21/6/2021).
Menurut Nizam, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini merupakan dampak dari mobilisasi penduduk pada liburan yang dilakukan secara intens. Tetapi dalam praktik perkuliahan tatap muka, tidak ada mobilisasi mahasiswa secara besar-besaran karena perkuliahan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan termasuk pembatasan jumlah peserta.
Karena itu, Nizam menilai perkuliahan tatap muka bisa dilaksanakan segera. Tentunya selain dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, juga harus melihat perkembangan situasi di daerah tempat kampus berada. Jika memang terjadi lonjakan kasus yang mengkhawatirkan, perkuliahan tatap muka bisa dihentikan sementara.
Nizam mengakui setahun lebih pandemi berlangsung, telah membuat mahasiswa yang masuk tahun 2020 hingga saat ini belum pernah melihat kampusnya. “Orangtua dan mahasiswa tentu sudah sangat ingin melihat dimana mereka kuliah,” tambahnya.
Selain itu, Nizam juga menemukan fakta bahwa meski dilakukan pembelajaran secara daring, faktanya banyak mahasiswa yang melakukan perkuliahan daring dari café atau restoran sambil berkumpul dengan teman-temannya. Situasi ini justeru berbahaya dan lebih rentan menimbulkan klaster baru penularan Covid-19.
Sebagai bagian dari langkah persiapan perkuliahan tatap muka, Nizam menyebut saat ini vaksinasi terhadap dosen dan tenaga pendidik terus dilakukan. Demikian juga terhadap mahasiswa, sejumlah daerah seperti DKI Jakarta dan Bali sudah mulai dengan program vaksinasi bagi mahasiswa.
Menurut Nizam, fokus vaksinasi dilakukan bagi mereka yang berusia diatas 40 tahun, karena berdasarkan survey, tingkat mortalitas penderita Covid-19 yang masih berusia di bawah 40 tahun sangat rendah. “Dosen dan tenaga pendidik sebagai kelompok rentan sudah divaksinasi, herd imunity bisa terbentuk dan kita juga berharap semua mahasiswa nantinya dapat vaksinasi,” tukasnya.
Ditjen Dikti akan terus mengoptimalkan interaksi intelektual kembali berjalan normal dengan menerapkan protokol kesehatan 5M.