YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang diperingati pada setiap tanggal 26 April. Kegiatan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana DIY ini diselenggarakan atas kerjasama pentahelik yaitu pemerintah DIY, BPBD DIY, Dinas Sosial DIY, Dinas Pariwisata DIY, Dinas Koperasi, Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Indoformasi, Satpol PP, Biro UPH/Setda DIY, BPBD Kabupaten/Kota, Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY, Caritas Germany, Yayasan Plan Indonesia, Prucence Foundation, Prudential, Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) Indonesia, Yakkum Emergency Unit (YEU), World Food Programme (WFP), Yayasan Sheep Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI), Perkumpulan Lingkar, Redr Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Karina KAS, Human Initiative (HI), Disaster Management Center Dompet Duafa (DMC DD), Pusat Studi Management Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta, Forum Pelokalan Indonesia (LOkanusa), Difabel Siaga Bencana (DIFAGANA), Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Sari Husada, Aqua, Bank BPD DIY, Perkumpulan Hotel dan Restoran (PHRI), Lembaga Penanggulangan Bencana Indonesia NU (LPBI NU), Habitat for Humanity, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), Jogja Belajar, ORARI, CIQAL, SIAP SIAGA, UNICEF, Pujiono Centre, dan Kypa. Kegiatan HKB DIY yang mengusung tema “Tanggap, Tangon, Trengginas, Ngadepi Bebaya” ini dilaksanakan dalam rangkaian acara dari tanggal 26 – 28 April 2024 dengan berbagai acara.
Tema “Tanggap, Tangon, Trengginas, Ngadepi Bebaya” tersebut dirumuskan mengingat DIY diidentifikasi mempunyai beberapa kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana gunung berapi di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman serta sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Kawasan rawan bencana tanah longsor berada di semua kabupaten di DIY, sedangkan gerakan tanah/batuan dan erosi berpotensi terjadi pada kawasan lereng pegunungan di Kulon Progo. Gempa bumi 27 Mei 2006 yang melanda Bantul, Gunungkidul dan beberapa daerah di sekitarnya menjadi kenangan buruk dengan dampak yang cukup dahsyat. Selanjutnya bencana erupsi Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan tanggal 5 Nopember 2010 juga menjadi pengalaman pahit bagi warga Yogyakarta khususnya masyarakat lereng Merapi Kabupaten Sleman. Di DIY juga banyak kejadian bencana skala kecil yang diakibatkan oleh angin kencang, tanah longsor, kebakaran, banjir, penyakit dan masalah sosial juga perlu mendapat perhatian bersama untuk bisa mengurangi dampak negatif pada kehidupan dan penghidupan masyarakat Yogyakarta.
Puncak acara rangkaian peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana ini adalah “Panggung Resiliensi“ yang diadakan pada tanggal 28 April 2024 bertempat di Kepatihan yang terletak di Jl. Komp. Kepatihan Suryatmajan, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA PAKU ALAM X, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah DIY, Lembaga non Pemerintah, dan masyarakat umum. Tujuan dari acara ini adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta dan masyarakat sekitar pentingnya menjaga lingkungan dan kesiapsiagaan terhadap bencana, serta memperkenalkan kepada masyrakat mengenai budaya pengurangan risiko bencana.
Acara yang berlangsung dari pukul 10.00 WIB – 21.00 WIB mengusung beberapa kegiatan yaitu stand pameran penanggulangan bencana, di mana pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat umum kondisi DIY baik bentang alam, gambaran bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, hingga respon darurat sampai kepada pemulihan pasca bencana. Stand ini berada di sisi barat Gedung kepatihan. Acara lain yang juga diselenggarakan di sisi barat Gedung kepatihan adalah panggung resiliensi yang turut menampilkan beberapa rangkaian acara.
Acara dibuka dengan Tarian Sumilaking Pedhut dipersembahkan oleh Dinas Pariwisata DIY. Tarian ini Terinspirasi oleh bencana alam gempa bumi yang meluluhlantakan Yogyakarta pada 27 Mei 2006 di mana telah merenggut tawa ceria warga Yogya yang harus kehilangan rumah bahkan orang-orang tersayang. Pesan yang ingin disampaikan oleh tari ini adalah agar semua orang selalu siap menerima apapun yang terjadi dan harus bisa selalu tanggap terhadap semua keadaan. Dilanjutkan dengan acara pembukaan yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan laporan penyelenggara yang akan disampaikan oleh Sekretaris Daerah DIY selaku Kepala (Ex Officio) BPBD DIY, Bapak Drs. Beny Suharsono, M. Si.
Acara akan berlanjut dengan Penyerahan Piagam Penghargaan kepada Destinasi Wisata, Hotel, Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, Fasilitator Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), Rumah Sakit, dan Instansi. Penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam membangun kesiapsiagaan di sektor Pendidikan, masyarakat, dunia usaha, dan tempat wisata, serta memberikan motivasi bagi satuan pendidikan dan masyarakat lainnya untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana di lingkungan sekitar. Launching Buku Panduan Kesiapsiagaan dan Kegawatdaruratan Bencana di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya & Laras – Dinas Sosial DIY yang akan diserahkan oleh Wakil Gubernur DIY kepada Dinas Sosial. Didampingi oleh Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Kepala Balai Bina Laras, Direktur Pusat Rehabilitasi Yakkum dan Ketua Forum PRB DIY.
Kemudian acara akan dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, setelah itu menampilkan group kesenian religi “Laras Madyo Gawe Tentrem” Dusun Pancoh Kulon, Kalurahan Girikerto, Kecamatan Turi-Sleman. Group ini adalah perkumpulan kelompok seni lansia yang memiliki kegiatan sholawatan dan diiringi dengan peralatan tradisional berupa kendang, angklung dan rebana. “Laras Madyo Gawe Tentrem” beranggotakan 20 orang lansia yang masing-masing memiliki peran berbeda antara lain pemain musik dan penyanyi. Group bahkan banyak mendapat sambutan yang positif sehingga dapat ikut menyemarakan kemeriahan suasana desa hingga desa tampak hidup. Dalam penampilannya, “Laras Madyo Gawe Tentrem” selain religi, juga menampilkan lagu perjuangan, penyemangat gotong royong dan memberikan pencerahan tentang lansia. Dengan hadirnya group ini, telah banyak diundang untuk meramaikan hajatan dan menyambut wisatawan serta selalu tampil dalam even Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di wilayahnya.
Tidak kalah menarik Komunitas kaum muda Jogja Siaga Bencana akan menampilkan Tarian Gemrincing dan Orasi Suara Anak . Dilanjutkan dengan Parade pentahelix akan menampilkan pelaku pelaku Penanggulangan Bencana di Yogyakarta. Panggung resiliensi kemudian menghadirkan Sektor Pendidikan Dinas Dikpora DIY, Bapak Drs. Suhirman, M. Pd dari wakil kepala Dinas Dikpora DIY selaku ketua Sekretaris Bersama Satuan Pendidikan Aman Bencana dan Sektor Inklusi dari Dinas Sosial DIY/Difagana, Dody Kurniawan Kaliri dalam acara Talk show Readiness dan Preparedness. Tidak kalah menarik Teater Inklusi dari Yakkum Emergency Unit (YEU) kemudian ditampilkan dalam panggung ini yang kemudian akan ditutup dengan Tarian Gendewo Pinentang dari Universitas Ahmad Dahlan.
Acara ini diharapkan mampu menggugah kesadaran warga DIY secara umum dalam menghadapi bencana dengan meningkatkan kapasitas, mengurangi risiko bencana dan selalu Bersiap siaga dalam menghadapi ancaman yang ada di DIY.
Budi Santoso, S.Psi. M.K.M Pimpinan MDMC sekaligus Fasilitator SPAB MDMC mendapatkan penghargaan sebagai Fasilitator Satuan Pendidikan Aman Bencana dari Pemerintah Provinsi DIY yang diserahkan oleh Wakil Gubernur DIY dalam malam anugerah Penerimaan Penghargaan dan launching buku panduan kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan panggung resilinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, minggu 28 April 2024.
“Alhamdulillah , bersyukur atas penghargaan ini, penghargaan ini tidak hanya untuk saya pribadi tapi merupakan pengharagaan bagi semua relawan kemanusiaan yang telah mendedikasikan waktu, tenaga , pengetahuan dan pengalamannya untuk membersamai satuan pendidikan agar aman dari bencana. Terima kasih kepada Panitia, pemprov DIY, BPBD DIY, FPRB DIY, Sekber SPAB DIY, BNPB, Kemdikbud, Seknas SPAB, KPB Indonesia, Kawan Fasilitator SPAB dan terkhusus kepada MDMC yang terus menggelorakan SPAB di DIY dan Indonesia secara umum dalam berbagai bentuk kegaitan dan multi platform, baik formal maupun kultural dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai Perguruan tinggi. Terimakasih juga kepada Satuan Pendidikan di DIY dan daerah lain yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar bersama membangun resiliensi bencana berbasis satuan pendidikan. Mari terus kita gelorakan SPAB di Indonesia. Selama kesehatan mengiringi kita, ada kewajiban untuk berbagi pengetahuan, pengalaman kepada warga satuan pendidikan dalam mengelola risiko bencana,” ungkapnya. (*)