KLATEN,MENARA62.COM – Empat warga Australia peserta Indo-Austay Adult Immersion Program antusias menabuh perangkat gamelan di sanggar milik Paguyuban Karawitan Sekar Melati di Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (10/1/2025).
Acara tersebut merupakan bagian dari program pembelajaran bahasa Indonesia dan budaya Jawa, yang bekerja sama dengan Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Sebelum menyambangi sanggar gamelan, peserta Indo-Austay mengikuti pembekalan di SMP Muhammadiyah 7 Bayat. Materi yang disampaikan pengajar sekolah tersebut membahas sejarah, fungsi, dan macam-macam alat gamelan.
Kedatangan peserta Indo-Austay menjadi kegembiraan bagi Camat Bayat, Joko Purwanto, S.H. M.H. Dalam sambutannya, Joko mengatakan Bayat memiliki kekayaan budaya Jawa yang lengkap.
“Belajar budaya Jawa di Bayat terbilang lengkap. Ada batik kain, batik kayu, blangkon, gamelan, keramik, angklung, wisata religi, dan wisata gunung,” ujar Joko.
Sementara itu, Kepala SMP Muhammadiyah 7 Bayat, Haryono, S.Pd., yang turut mendampingi peserta Indo-Austay, mengatakan gamelan dipilih lantaran fleksibilitas dan kemudahan untuk dipelajari.
“Peserta Indo-Austay bisa langsung mempelajari dan mempraktikkan langsung bermain gamelan,” ujar Haryono saat ditemui di sela kegiatan.
Usai mengikuti pembekalan, rombongan bergegas menuju lokasi sanggar yang tak jauh dari sekolah Muhammadiyah tersebut. Setibanya di sana, sejumlah anggota paguyuban karawitan menyambut tamu dengan memainkan lagu Gambuh.
Peserta Indo-Austay kemudian menempatkan diri pada sejumlah perangkat gamelan. Hector Warren Fraser pada bonang barung, Lucia Bates pada bonang penerus, Collin Style pada kendang, dan Malcolm Rogers pada demung.
Beberapa anggota paguyuban tampak membimbing para peserta Indo-Austay dengan cermat. Salah seorang anggota paguyuban, Solikin (66), mengatakan materi yang diajarkan adalah lancaran Gugur Gunung.
Bagi Hector, bermain gamelan adalah pengalaman baru. Pria yang belajar bahasa Indonesia sejak 2017 itu mengaku ada kesan tersendiri dapat melihat langsung para penabuh gamelan dan sinden yang menyuguhkan seni karawitan.
“Saya senang karena bisa mencoba bermain gamelan dan bertemu dengan masyarakat di sana,” kata pria asal Melbourne itu. (*)