28.2 C
Jakarta

Perluasan Beasiswa LPDP Jadi Akselerator Penguatan Pendidikan Vokasi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah berkolaborasi untuk memperluas ruang lingkup dan sasaran dari program-program yang dijalankan oleh LPDP. Salah satu tujuannya adalah untuk pengembangan kapasitas pendidik melalui berbagai program non-gelar (non degree) yang kini dapat dibiayai menggunakan dana LPDP sehingga para pendidik dapat menjadi agen akselerator yang mempercepat taut suai atau link and match antara dunia kampus vokasi dengan dunia industri.

Salah satu bentuk perluasan beasiswa LPDP yang diluncurkan pada Merdeka Belajar episode kesepuluh adalah beasiswa non-gelar untuk para pendidik vokasi. Program ini berupa beasiswa untuk membiayai kegiatan peningkatan kapasitas para guru SMK atau dosen vokasi di luar kampus, seperti sertifikasi, magang, dan pelatihan, serta penguatan riset dan riset-riset keilmuan dosen vokasi.

Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Abdul Kahar menyampaikan bahwa Kemendikbudristek menangkap animo yang luar biasa dari dari dosen, guru, pelaku budaya, dan mahasiswa berprestasi agar dapat meningkatkan kapasitas melalui program pendidikan gelar maupun non-gelar.

“Saat ini kita lebih fokus dalam rangka peningkatan kapasitas SDM yang ada di bawah (pembinaan) Kemendikbudristek. Seperti misalnya pelaku budaya, ini tahun pertama kita lakukan. Kemudian juga beasiswa khusus kepada teman-teman kita para guru, ini tahun pertama kita kerja sama dengan LPDP,” katanya saat webinar Silaturahmi Merdeka Belajar, Kamis (30/12/2021).

“Untuk dosen memang sudah berjalan beberapa tahun, tapi sebelumnya akses untuk para dosen kita masih terbatas,” imbuh Abdul Kahar.

Bilamana pada tahun 2021 sosialisasi berbagai program terobosan perluasan beasiswa LPDP bagi pendidik dan tenaga kependidikan, siswa berprestasi, serta pelaku budaya dirasa kurang, maka pada tahun 2022 sosialisasi akan ditingkatkan dan dimula lebih awal. “Pemerintah akan tetap melanjutkan program ini di tahun 2022,” tegas Kapuslapdik Abdul Kahar.

Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), mayoritas responden, yakni sebanyak 88,6 persen, menilai tahapan dan proses pendaftaran beasiswa untuk pengembangan kapasitas pendidik vokasi sangat mudah/mudah. Sebanyak 73,3 persen juga menilai proses seleksinya sangat/cukup jelas dan transparan.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan program beasiswa yang dikelola Kemendikbudristek bersama LPDP. “Pertama, kata kuncinya sinergi. Jadi ada sinergi dari kementerian sampai ke seluruh implementator pelaksana, terutama pelaksana target program ini berada, misalnya perguruan tinggi negeri. Itu yang perlu dicek lagi. Ke depan kuncinya bagaimana memastikan sinergi antara semua pelaksana, mulai dari pusat sampai semua lembaga yang terkait langsung, harus dipastikan,” tegasnya.

Kedua, memperkuat sisi-sisi monitoring. “Survei LSI ini kan bagian dari evaluasi. Tetapi ada kelemahannya evaluasi model begini. Kelemahannya adalah tidak bisa lagi balik ke belakang, jadi perbaikannya ke depan. Sementara Kemendikbudristek pasti menginginkan program berjalan interaktif, sehingga ketika ada masalah langsung diselesaikan. Karena itulah yang sifatnya pengawasan bisa diperkuat,” kata Djayadi Hanan.

Praktik Baik Penerima Manfaat Beasiswa Non-gelar

Salah satu penerima manfaat beasiswa non-gelar, Ince Dian Aprilyani Azir, Dosen Politeknik Negeri Media Kreatif, membagikan pengalamannya dalam mengikuti program dosen magang di industri dengan pembiayaan dana LPDP.

“Ini kesempatan saya sebagai agen akselerator, di mana saya sebagai penerima program ini bisa mempercepat link and match antara dunia kampus dengan dunia industri secara lebih riil, nyata, dan lebih cepat,” tutur Ince saat webinar.

Salah satu hal yang membuat Ince tertarik mengikuti program beasiswa non-gelar untuk dosen adalah peluang untuk bisa memberikan bukti nyata yang lebih dari sekadar teori. Ia mengatakan, salah satu indikator kinerja bagi dosen pendidikan tinggi vokasi adalah adalah berkegiatan di luar kampus. “Jadi motivasi terbesar saya itu ingin menjadi agen akselerator, dan salah satu caranya adalah mengikuti program ini,” katanya.

Ince mengatakan, program magang industri yang dijalaninya mendorong percepatan kerja sama antara kampus dengan industri sesuai indikator kinerja perguruan tinggi. “Dalam kurun waktu yang cepat, dalam tiga bulan magang, ada banyak sekali program kerja sama antara kampus dengan industri yang dihasilkan. Salah satunya saya banyak menjembatani MoA (Memorandum of Agreement), yaitu penjabaran dari Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah disepakati antara kampus dengan industri,” ujarnya. Dilanjutkan Ince, MoA tersebut menjabarkan lebih spesifik tentang program kerja sama magang mahasiswa.

Selain itu, selama magang di industri, Ince juga melibatkan praktisi industri di tempat magangnya untuk menjadi narasumber dalam kuliah umum, webinar, hingga membuka jalan atau peluang untuk menyelenggarakan lokakarya (workshop) civitas akademika Politeknik Negeri Media Kreatif ke industri tempat magangnya.

Ince menambahkan, program magang yang dijalaninya juga mendorong percepatan yang terkait dengan tugas-tugas utamanya melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi. Ia mengatakan, dalam kurun waktu tiga bulan magang, ia telah menghasilkan empat luaran (output). Pertama, untuk pendidikan dan pengajaran, Ince berhasil menerbitkan modul di mata kuliahnya yang terkait industri. Modul ini menghasilkan ISBN (International Standard Book Number) dan hak cipta dari Kementerian Hukum dan HAM.

Kemudian di bidang penelitian, Ince menerbitkan penelitian di jurnal Sinta 3 yang terindeks secara internasional. Selama durasi magang pula, untuk Tridarma terkait pengabdian masyarakat, Ince mengadakan pelatihan di industri tempatnya magang. Terakhir, ia pun berhasil menerbitkan artikel terkait pengabdian masyarakat yang terbit di jurnal internasional terindeks.

“Ternyata ada akselerasi banyak hal, terutama terkait Tridarma. Kalau saya hanya dosen di kampus, mungkin yang saya hasilkan tidak sebanyak dan secepat itu. Jadi sangat mendukung pengembangan diri saya,” ujar Ince.

Ince berpesan kepada rekan-rekan sesama dosen agar mau menjemput bola atau aktif mencari informasi dan tidak menunggu sosialisasi dari kampus atau pihak lain. “Ketika pertama kali saya mendengar tentang program LPDP Non Degree ini, saya selalu memantau informasi dari Kemendikbud, apapun update-nya, sampai ada info pendaftaran program magang dosen di industri,” katanya.

Ince juga berharap ke depannya program Beasiswa LPDP Non Degree bisa memfasilitasi dosen pendidikan tinggi vokasi untuk magang di industri di luar negeri.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!