Apa sesungguhnya yang dicari dalam hidup ini? Kekayaan, popularitas, kedudukan, jabatan, kehormatan, kesenangan, ataukah yang lainnnya? Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa bermacam-macam. Tetapi, satu hal yang pasti diamini oleh setiap orang, yaitu kebahagiaan.
Ya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak ingin hidup bahagia. Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Bagi seorang mukmin, harapan mencapai kebahagiaan tentu tidak hanya sebatas ketika hidup di dunia saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak.
Untuk menggapai kebahagiaan, setiap orang memiliki cara yang berbeda, sesuai dengan persepsinya tentang kebahagiaan. Ironisnya, tidak semua orang menempuh jalan yang benar untuk mencapai kebahagiaan.
Ada orang yang menganggap kebahagiaan dapat dicapai dengan kelimpahan materi. Ada pula yang mengandaikan kebahagiaan bisa didapat dengan popularitas. Pun, ada orang yang mengira kebahagiaan bisa terwujud dengan menempati suatu posisi atau kedudukan tertentu.
Namun ironisnya, setelah semua yang mereka anggap mampu melahirkan kebahagiaan dapat diraihnya, baik berupa kekayaan, popularitas, bahkan keduduk dan jabatan, tetapi kebahagiaan tak kunjung hadir dalam kehidupannya. Mengapa demikian?
Pada hakekatnya, mereka telah tertipu dengan kesenangan yang mereka anggap kebahagiaan. Kesenangan berupa kelimpahan materi, popularitas, kedudukan dan jabatan, sama sekali bukanlah kebahagiaan. Kebahagiaan yang sesungguhnya ada di dalam hati yang tenang, jiwa yang tentram, dan batin yang damai. Semua ini yang absen dalam diri mereka. Sehingga, meski harta berlimpah, popularitas menjulang, kedudukan dan status sosial mereka tinggi, tetapi kebahagiaan tak kunjung datang.
Al-Qur’an memberi petunjuk melalui sejumlah ayatnya tentang bagaimana meraih kebahagiaan. Kebahagiaan hakiki, yaitu kebahagiaan yang hadir tidak hanya ketika di dunia ini, tetapi juga ketika di akhirat nanti akan terwujud jika manusia selalu menghadirkan Tuhan dalam dirinya. Sikap merasa selalu diawasi (muraqabah) Tuhan dalam setiap ucapan tindakan serta perilaku inilah yang akan menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan.
Menghadirkan Tuhan dalam diri juga bisa dimaknai dengan mengaktualisasikan sifat-sifat Tuhan. Sebagaimana Sabda Nabi Saw, “Berakhlaklah dengan akhlak Allah.”
Jika kita mampu meneladani akhlak (sifat-sifat) Allah, juga meneladani akhlak Rasulullah Saw., maka bisa dipastikan hidup kita akan bahagia dunia-akhirat.
Ruang Inspirasi, Kamis, 24 Maret 2022