Dua tahun lalu masih berupa cerita. Sekarang sudah nyata. Pesantren Zamzam Assyifa.
Zamzam diambil dari nama apartemen Zamzam Tower di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Assyifa adalah nama pesantren modern di Subang, Jawa Barat.
Nama pesantren baru itu menjadi Zamzam Assyifa karena menginduk ke pesantren Assyifa tetapi lokasinya di apartemen Zamzam Tower.
Sejauh yang saya tahu, ini pesantren pertama di Indonesia yang menempati kompleks apartemen. Menempati 15 lantai dari satu tower apartemen tersebut.
Sudah masuk dua tahun pesantren ini beroperasi. Angkatan pertama sebanyak 40 orang. Mulai kelas VII. Tahun ini menerima angkatan kedua: 40 orang. Satu orang dari Malaysia. Dua orang dari Arab Saudi.
Dari lokasinya, bisa ditebak. Pesantren ini tidak menyasar segmen masyarakat kebanyakan. Hal ini diakui Guntur Subagja, founder pesantren. “Kami memang menyediakan fasilitas pesntren ini untuk melayani anak-anak muslim dari kelas menengah atas,” katanya.
Pengelola pesantren sebisa mungkin menyediakan fasilitas yang mendekati kondisi di rumah para santri. Walau namanya pesantren, fasilitas boarding di apartemen itu sangat baik.
Ruang tidurnya berukuran 49 meter persegi diisi 10 orang. Ada liman tempat tidur susun dengan kasur, bantal dan selimut yang selalu bersih dan wangi. “Kami menyediakan layanan laundry,” kata Guntur.
Ruang tidur itu dulunya unit apartemen tipe studio 2 kamar. Dinding kamarnya semua dibongkar. Kamar mandi dipindah di luar.
Suasana bersih juga tampak di masjid, ruang kelas, ruang makan dan kamar mandi. Sudah seperti hotel saja. Kinclong dan harum.
Untuk masuk pesantren, orang tua santri membayar uang pangkal Rp 80 juta. Sedangkan biaya sekolah Rp 6,5 juta per bulan.
Mahal? Relatif.
Kata Guntur, yang menyekolahkan anaknya di pesantren itu rata-rata orang tua dengan penghasilan pas-pasan. Pas harus bayar uang pangkal Rp 80 juta, ada uangnya. Pas harus bayar SPP Rp 6,5 juta juga ada uangnya.