JAKARTA, MENARA62.COM – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia kembangkan pesawat N219 jenis amphibi. Pesawat ini merupakan pengembangan dari pesawat jenis N219 yang saat ini tengah dalam proses sertifikasi.
Menurut Kepala LAPAN, Prof. Thomas Djamaluddin, pesawat N219 jenis amphibi sangat tepat untuk kondisi Indonesia dengan wilayah kepulauan.
“Pesawat N219 amphibi didesain bisa mendarat di air bisa laut bisa sungai. Ini sangat tepat untuk konektivitas antar pulau-pulau kecil,” kata Thomas pada kegiatan Pree-Summit 2019 Selasa, 16/4/2019).
LAPAN lanjut Thomas dalam waktu tiga tahun terakhir ini terus mengembangkan alat untuk mengambang pesawat di air. Jika pesawat jenis amphibi ini beroperasi, selain meningkatkan konektivitas antar pulau, juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung wisata bahari.
Targetnya pada 2019 ini, pesawat jenis amphibi sudah bisa diproduksi dengan target 12 pesawat pada tahun pertama. Sedang untuk pesawat N219 yang masih dalam tahap sertifikasi, sudah mulai dipesan oleh sejumlah maspakai baik dalam negeri maupun luar negeri.
Lebih lanjut Thomas juga mengatakan pihaknya terus meminta masukan dari berbagai pihak untuk penyusunan cetak biru industri kedirgantaraan Indonesia. Cetak biru ini penting agar kita tahu arah industri penerbangan nasional ke depan.
“Kita akan secepatnya menyusun cetak biru industri kedirgantaraan nasional. Nanti cetak biru ini akan kita sodorkan kepada presiden terpilih untuk disinergikan dengan instansi terkait lainnya,” lanjut Thomas.
Sementara itu, Fadzar Vira Caryanto, Committee Secretary Indonesia Aeronautical Engineering Center (IAEC) mengatakan ribuan insinyur bidang kedirgantaraan yang saat ini bekerja di luar negeri siap untuk ‘pulang kampung’ jika cetak biru industry kedirgantaraan nasional sudah tersusun.
“Bisa pulang kampung bisa juga berkontribusi dengan cara lain. Tetapi prinsipnya kami siap mendukung industry dirgantara nasional,” katanya.
Ia mengakui pasca PT Dirgantara Indonesia melakukan efisiensi, ada sekitar 4.000 insinyur dirgantara Indonesia yang berkarier di luar negeri. Mereka kini menjabat posisi strategis di sejumlah maspakai penerbangan dan industry pesawat terbang.
Sementara itu Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan penyusunan cetak biru industry dirgantara nasional akan menjadi prioritas pemerintah. Cetak biru ini yang nantinya menjadi acuan pengembangan industry penerbangandi Indonesia ke depan.
“Penyediaan SDM yang didukung riset serta fasilitas penunjang lainnya harus juga menjadi prioritas,” katanya.
Dalam kegiatan Pre Summit itu sendiri dibentuk forum komunikasi dirgantara yang merupakan forum nasional para pemangku kepentingan untuk mengumpulkan dan mendiskusikan semua issue yang berkaitan dengan permasalahan kedirgantaraan. Selanjutnya juga akan dibentuk satuan tugas (Satgas) yang bertanggungjawab membuat cetak biru industry penerbangan dan antariksa serta akan dilakukan penyusunan cetak biru industry kedirgantaraan yang akan disesuaikan dengan rencana induk keantariksaan nasional yang sudah ada sebelumnya.