Kalimantan Selatan – Dalam rangka mengatasi permasalahan perilaku merokok di kalangan mahasiswa, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menggelar kegiatan advokasi dan diskusi terbuka dengan tema “Pictorial Health Warning pada Bungkus Rokok & Perspektif Civitas Akademika ULM dalam Mencegah Perilaku Merokok di Area Kampus”.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Lambung Mangkurat, Dr. Iwan Aflanie dr., M.Kes., Sp. F., SH pada Kamis, 28 November di Gedung Teater FKIK ULM Banjarmasin. Dalam sambutannya, Dr. Iwan Aflanie dr., M.Kes., Sp. F., SH. menyampaikan pentingnya acara ini dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan, serta memperkuat sinergi antara dunia akademik dan praktisi kesehatan untuk mendiskusikan masalah rokok.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tamu undangan, di antaranya Dr. Mashuri, Sp. Rad(K) RI., M.Kes., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, yang turut memberikan apresiasi terhadap acara ini. Hadir pula Bapak Dr. Tabiun Huda, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, yang mendukung agar kegiatan ini dapat membawa dampak positif bagi pengembangan pelayanan kesehatan khususnya penanganan rokok di Kota Banjarmasin.
Selain itu, turut hadir pula jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin, kepala dinas kota Banjarmasin dan Banjarbaru serta para civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, yang memberikan dukungan penuh terhadap kelancaran acara ini. Selain itu, kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Pendidikan Dokter, Keperawatan, dan Ekonomi Bisnis Universitas Lambung Mangkurat.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuka wawasan mengenai dampak negatif merokok, serta membahas efektivitas Pictorial Health Warning (PHW) pada kemasan rokok dalam mencegah perilaku merokok di kalangan generasi muda. Acara ini juga menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas maraknya kebiasaan merokok di kalangan remaja.
Diskusi ini menghadirkan empat narasumber yang berkompeten di bidang, ekonomi, kesehatan masyarakat, dan kedokteran, yaitu Dr. Abdillah Ahsan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Deny Haryuniansyah, SKM dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi P2PTM, Hadrianti H. D. Lasari, SKM., MPH dari Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, serta dr. Pandji Winata Nurikhwan, M.Pd dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Dalam diskusi tersebut, Dr. Abdillah mengungkapkan bahwa meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan terkait merokok, paradigma positif terhadap rokok masih sangat kuat di masyarakat. Ia juga menyoroti bahwa banyak kebijakan yang masih berpihak pada industri rokok, seperti tarif cukai dan harga rokok yang dipandang masih rendah.
Hasil penelitian dengan metode studi kualitatif oleh tim ITCRN Kalimantan Selatan juga dipaparkan oleh Hadrianti dan dr. Pandji yang menunjukkan bahwa meskipun ada kesadaran akan bahaya merokok di kalangan remaja, gambar pada kemasan rokok dalam Pictorial Health Warning (PHW) perlu dibuat lebih menakutkan, contohnya seperti gambar kuburan hingga nasib bagi keluarga perokok yang ditinggalkan. Namun, bagi perokok yang sudah kecanduan, PHW dinilai belum efektif karena mereka sudah tidak terpengaruh. Mereka menyarankan agar PHW lebih fokus pada biaya rokok dan dampak sosial terhadap keluarga yang ditinggalkan.
Disisi lainnya, dr. Pandji menyoroti bahwa kebijakan non-fiskal, seperti kenaikan cukai atau harga rokok, tidak cukup efektif menurunkan angka perokok, karena selama industri rokok masih berkuasa, kebijakan tersebut tidak banyak mempengaruhi kebiasaan masyarakat.
Perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Deny Haryuniansyah, SKM menjelaskan bahwa berbagai upaya pencegahan merokok telah dilakukan oleh pihak kesehatan khususnya pada Dinkes Provinsi Kalsel, seperti skrining merokok pada anak dan remaja, upaya berhenti merokok di puskesmas, dan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Namun, ia juga mengungkapkan bahwa meskipun berbagai upaya tersebut telah dilakukan, rokok masih dianggap biasa dan tidak dipermasalahkan di masyarakat, karena industri rokok tetap berdiri kokoh.
Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi antara narasumber, undangan, dan mahasiswa, terutama dari generasi Z yakni kalangan mahasiswa, yang membahas dampak masa depan Indonesia jika kebiasaan merokok terus berkembang. Diskusi ini memberikan pemahaman tentang pentingnya peran generasi muda dalam mendorong perubahan kebijakan yang lebih mendukung kesehatan masyarakat dan mengurangi jumlah perokok.
Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran di kalangan civitas akademika ULM serta mendorong kolaborasi secara pentahelix untuk menciptakan lingkungan kampus bebas rokok, guna memastikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.