Operasi pengangkatan batu ginjal, Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) Surpine menjadi pilihan alternatif bagi penderita batu ginjal (nefrolitiasis). Operasi ini dilakukan pada pasien dengan kondisi sumbatan lebih dari satu cabang saluran penggumpal urin pada ginjal, batu ginjal berukuran 2 cm, dan merasa nyeri hebat karena infeksi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berhasil melakukan operasi PCNL Surpine pada pasien wanita (48), pada Sabtu (19/9). Operasi yang berlangsung 1,5 jam ini dilakukan oleh tim medis antara lain dokter spesialis urologi dr. Widi Atmoko, Sp.U, dan dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, Sp.U yang juga anggota Ikatan Ahli Urologi Indonesia, dokter spesialis anestesi dr. Faradila, Sp.An dan tim nonmedis perawat (ners) RSUI.
“Prosedur operasi dilakukan dengan cara percutaneous yang berarti melewati kulit dan nephrolithotomy yang berarti mengambil batu dari ginjal. Jadi, Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan tindakan pengangkatan batu ginjal secara minimal invasif dengan insisi pada pinggang sekitar 1,5 cm,” jelas Dyandra Parikesit.
Operasi ini, lanjut Widi Atmoko, menggunakan alat yang disebut nefroskop (teropong) yang dimasukkan melalui sayatan kecil sampai pada ginjal untuk mencapai batu dan menghancurkannya, baik dengan laser, ultrasound atau pneumatik sehingga fragmen batu dapat dikeluarkan.
“Dokter anestesi juga melakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien untuk memastikan pasien tidak merasakan nyeri selama dan setelah operasi. Proses penyembuhan hanya memperlukan waktu 2 – 3 hari perawatan, karena dokter tidak melakukan pembedahan terbuka sebagai akses untuk mengangkat batu ginjal. Kelebihan operasi PCNL ini dibandingkan operasi terbuka adalah nyeri pasca operasi lebih rendah, waktu rawat lebih cepat, jumlah perdarahan lebih sedikit, dan luka operasi lebih kecil” ujarnya.
Dyandra Parikesit menambahkan, operasi PCNL dengan posisi Supine (terlentang) juga memudahkan dokter anestesi dalam memantau pasien terutama dalam mengontrol jalan napas.
Penyakit batu ginjal (nefrolitiasis) berdasarkan survei yang dikeluarkan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), paling banyak terjadi pada usia 20-49 tahun dan puncaknya pada usia 35-45 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalansi batu ginjal (nefrolitiasis) di Indonesia berdasarkan kategori yang pernah didiagnosis yaitu 0,6% dari Penyakit Tidak Menular (PTM) dan merupakan penyakit peringkat terbanyak ke-2 di bagian urologi.