JAKARTA, MENARA62.COM– Gandeng Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Pita Putih Indonesia (PPI) kampanyekan program self-care (perawatan kesehatan mandiri). Self-care merupakan program yang diadopsi dari Global White Ribbon Alliance dimana Indonesia lebih memfokuskan diri pada upaya advokasi kesehatan baik ditingkat nasional maupun daerah.
“Self-care ibarat akar pohon. Ia akan menopang kehidupan yang ada di atasnya. Semakin kuat akar, maka semakin sehatlah pohon. Pun demikian, semakin baik perawatan kesehatan, maka semakin sehatlah masyarakat,” kata Sunitri, Penasehat Pita Puti h Indonesia saat memberikan sambutan penutup pada Focus Group Discussion (FGD) bertema Self-Care dan Maternal Anemia, Rabu (24/10). Diskusi diikuti berbagai perwakilan organisasi dan akademisi.
Mengingat sedemikian pentingnya program self-care ini, PPI lanjut Sunitri telah mempromosikan prinsip self-care melalui beberapa mekanisme lintas sektor. PPI telah bekerja dengan Kementerian Kesehatan untuk mendukung kegiatan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak di daerah termasuk pendidikan berbasis masyarakat dan desa siaga.
“PPI juga bekerjasama dengan Kowani, federasi yang menaungi 96 organisasi perempuan di Indonesia untuk menyasar lebih banyak lagi kaum perempuan dalam program self care ini,” tegasnya.
Menurutnya perempuan memiliki peran yang penting dan strategis dalam program self-care ini. Karena itu perempuan harus memiliki setidaknya 4 kecerdasan, yakni cerdas kodrati, cerdas tradisi, cerdas sosial dan cerdas profesi.
“Kodrat perempuan adalah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat itu melekat hanya kepada perempuan. Tetapi di sisi lain, perempuan masih menghadapi persoalan bias gender dan berlakunya tradisi masyarakat yang menomor duakan perempuan,” lanjut Sunitri.
Program self-care jelas Sunitri menempatkan posisi perempuan sebagai fokus perhatian utama. Latar belakangnya antara lain masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Data menunjukkan di dunia, setidaknya ada 830 perempuan meninggal dunia setiap harinya akibat komplikasi dalam kehamilan dan melahirkan yang sebenarnya bisa dicegah.
Selain itu, sekitar 2,7 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya dibulan pertama kehidupan mereka. Angka ini juga berlaku bagi bayi yang lahir dalam keadaan meninggal dunia.
Sedang di Indonesia, setiap 1 jam ada 2 ibu meninggal dunia yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun pasca persalinan.
Self-care untuk cegah anemia
Sunitri mencontohkan bagaimana pentingnya self-care dalam program pencegahan berbagai penyakit dan kematian ibu melahirkan melalui kasus anemia. Sebagian besar remaja perempuan ternyata tidak memiliki pemahaman yang baik terkait anemia. Padahal anemia memiliki efek panjang terhadap kesehatan perempuan dan generasi yang akan dilahirkan kelak.
“Remaja putri tahu anemia rata-rata usia SMP. Tetapi tidak tahu apa bahaya anemia itu sendiri. Bahkan mereka juga tidak tahu mengapa terjadi anemia,” kata dr Ratna Tjaja, Ketua I Pita Putih Indonesia saat memimpin FGD.
Anemia sesungguhnya tidak hanya persoalan kadar hemoglobin darah dibawah normal. Anemia juga terkait dengan asupan nutrisi yang kurang baik, cacingan, dan gangguan kesehatan lainnya yang terjadi pada perempuan. Dimana kondisi tersebut dinampakkan pada gejala letih, lemah dan lesu (3L).
“Anemia berdampak panjang bagi perempuan, karena akan berpengaruh pada kesehatannya, pada kehamilannya dan saat melahirkan,” tambahnya.
Meski perempuan memahami soal anemia, untuk mengatasinya tidaklah mudah. Karena sebagian besar penderita anemia tidak menyadarinya. Mereka baru sadar anemia ketika dilakukan pemeriksaan darah, atau sudah berdampak pada munculnya gangguan pada kesehatannya.
“Inilah pentingnya tenaga kesehatan terutama yang berada di Puskesmas untuk lebih giat lagi mengkampanyekan bahaya anemia bagi kaum perempuan,” kata dr Ratna.
Senada juga dikemukakan Pancho Kaslam, peserta diskusi yang mewakili Pusdiklat RSI Cempaka Putih, Jakarta. Ia mengingatkan bahwa anemia bisa terjadi pada siapa saja, remaja perempuan yang memiliki nafsu makan baik sekalipun dengan gizi yang tercukupi. Karena itu dibutuhkan perhatian yang baik dari para orangtua untuk mengenali anemia pada anak perempuannya.
“Menjaga kesehatan seorang perempuan sama halnya kita menjaga satu generasi. Karena perempuanlah yang melahirkan dan menyusui generasi selanjutnya,” jelasnya.
Adapun pendekatan self-care itu sendiri meliputi perawatan diri menangani aspek penting kesehatan, perawatan berpusat pada perempuan, memberdayakan perempuan, keluarga, masyarakat agar mampu membuat keputusan terbaik bidang kesehatan ibu-anak serta memperkuat relasi perempuan dengan penyedia layanan kesehatan.
PPI sebagai organisasi nirlaba yang berdiri sejak l999, telah mengkampanyekan program self-care dihadapan 1000 perempuan Indonesia pada momen Temu Nasional 1000 organisasi perempuan yang digelar Kowani di Yogyakarta September lalu. Bahkan komitmen untuk memperkuat self-care sebagai upaya mencegah kematian ibu hamil dan melahirkan mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo.