27.7 C
Jakarta

Prevalensi Balita Stunting Turun 3 Persen

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menkes Nila Moeloek mengkalim prevalensi balita dengan stunting dalam lima tahun terakhir terus menurun. Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 menunjukkan terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 27,67 persen pada 2019.

Tahun 2019 ini, SSGBI dilaksanakan secara terintegrasi dengan Susenas pada Maret 2019, yang melibatkan 320.000 rumah tangga (RT). Setelah dicacah oleh Susenas, bagi RT yang memiliki balita, didatangi lagi untuk melihat status gizi balita. Balita kemudian ditimbang Berat Badannya dan diukur Tinggi Badannya.

“Jadi ada penurunan kasus balita stunting sekitar 3%. Tentu ini menggembirakan,” ungkap Menkes, Jumat (18/10/2019).

Penurunan ini menandakan bahwa lima pilar penanggulangan stunting sudah mulai jalan. Kelima pilar penanganan gizi tersebut adalah (a) Komitmen pimpinan mulai pusat sampai dengan daerah, (b) Kampanye nasional dan strategi perubahan perilaku, (c) Konvergensi (lintas sektor, pusat dan daerah), (d) Ketahanan pangan dan gizi, serta (e) Pemantauan dan evaluasi.

“Khususnya konvergensi multisektoral dan pusat dengan daerah, dan ini ke depan harus terus dipertahankan dan lebih digencarkan agar target penurunan stunting tahun 2024 menjadi 19% tercapai,” jelas Menkes lagi.

Menkes menegaskan bahwa pembangunan SDM adalah sangat vital untuk membawa bangsa Indonesia unggul dan berdaya saing di tataran global. Kesehatan dan pendidikan merupakan inti dari pembangunan SDM yang produktif, mandiri, dan unggul.

Indonesia sudah masuk dalam Low Middle Income Country (LMIC) menuju Upper Miiddle Income Country (UMIC). Untuk menuju ke UMIC, Indonesia harus meningkatkan kualitas SDM agar produktif, sebagai investasi manusia (human capital)

Dari dinamika demografi, Tahun 2030, Indonesia akan mendapatkan “bonus demografi”, yang ditandai dengan besarnya proporsi usia produktif.

“Kalau kelompok usia produktif ini tidak disiapkan dengan baik, maka Indonesia akan kehilangan kesempatan untuk menjadi negara dengan pendapatan tinggi,” tutur Menkes.

Sementara itu, Kepala Badan Litbang Kesehatan, Siswanto menegaskan bahwa status gizi, khususnya pengendalian masalah pendek/ kerdil/ tengkes, menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas SDM, karena kesehatan (status gizi) adalah fondasi dalam membangun SDM berkualitas.

“Untuk itu, pemerintah telah menetapkan program percepatan penurunan stunting menjadi program prioritas nasional, yang dikeroyok oleh 23 Kementerian/ Lembaga,” ungkap Siswanto.
Fungsi Pemantuan dan evaluasi, menurut Siswanto, ditugaskan presiden kepada Kemenkes dan BPS.

“Oleh karena itu Kemenkes bersama BPS setiap tahun akan melakukan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) untuk melihat progres program penurunan stunting,” papar Siswanto.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!