YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Prodi Magister Teknik Industri UII Utamakan Kualitas Lulusan. Dekan Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Prof Dr Ir Hari Purnomo, MT, IPU, ASEAN Eng mengatakan, lulusan magister merupakan kategori tenaga ahli. Karena itu untuk mendapatkan gelar magister juga tidak gampang.
Hari Purnomo mengemukakan hal tersebut melepas empat lulusan Program Studi Magister Teknik Industri (Prodi MTI) FTI UII di Kuliner nDeso Pawon mBah Gito, Sleman Yogyakarta, Ahad (28/1/2024).
Mereka adalah Amelia Rachmi Nasution, Ni’matul Fitriyah, Alya Fauziah Kusuma Wardhani, dan Haswika. Sebelumnya, mereka mengikuti wisuda Periode III Tahun Akademik 2023/2024 di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus UII di hari yang sama.
Menurut Hari Purnomo, dinamika sekolah menjadi sebuah kenangan bahwa kuliah di MTI FTI UII itu tidak gampang dan tidak mudah. Sebab dekan sudah komitmen dengan Ketua Program Studi (Kaprodi) MTI akan memberikan kualitas terbaik kepada mahasiswa.
Akreditasi
Apalagi, kata Hari Purnomo, Prodi MTI FTI UII telah mendapatkan akreditasi Unggul dari Lembaga Akreditas Mandiri Teknik (LAM Teknik), nomor 0210/SK/LAM Teknik/AM/XII/2022, tanggal 21 Desember 2022. Akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh LAM Teknik.
“Untuk menyelesaikan MTI, di antaranya, ada yang menangis di hadapan saya, ada yang saya marah-marahi, ada yang sering saya tegur karena tulisan calon expert tidak bagus. Ada yang ikut riset saya terus hilang,” kata Hari Purnomo.
Hal itu, kata Hari Purnomo, dimaksudkan agar mahasiswa benar-benar menjadi ahli di bidang yang digelutinya. “Saya berani bertaruh, bandingkan dengan lulusan perguruan tinggi lain. Mengapa? Karena kita ingin menjaga kualitas. Jangan sampai lulusan MTI FTI UII abal-abal. Alhamdulillah yang lulus bukan abal-abal. Lulusan yang sungguh-sungguh digembleng dengan ilmu. Mengapa saya katakan itu, sampai nangis-nangis saat bimbingan. Supaya lulusan tidak memalukan dosen,” jelas Hari Purnomo.
Kiprah
Selanjutnya, Hari Purnomo berpesan kini saatnya para lulusan berkiprah di masyarakat. Hari mengharapkan agar para alumni dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada umat atau rahmatan lil alamin. “Kalau Anda tidak ingin bekerja dan mau melanjutkan S3, sudah kami siapkan. Jangan tanggung-tanggung, sekolah sampai puncak pendidikan (S3),” harapnya.
Sedang Ketua Prodi MTI FTI UII, Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM mengatakan untuk menyelesaikan studi, empat lulusan memiliki kendala dan mereka memiliki kiat masing-masing dalam menyelesaikan masalah.
“Mereka ada yang telah bekerja, mengurus rumah tangga, ada yang sedang hamil sambil kuliah. Seperti Nikmatul Fitriyah saya lihat saat kuliah virtual masih mengenakan helm, karena habis bekerja,” kata Winda Nur Cahyo.
Selanjutnya, lulusan diminta untuk menyampaikan pengalaman selama kuliah di Prodi MTI FTI UII. Alya Fauziah mengungkapkan kuliah banyak dilaksanakan melalui virtual sehingga tidak banyak pengalaman interaksi di dalam kelas.
Magang
Menurut Alya Fauziah, pengalaman paling terkesan saat mulai magang, bekerja dan kuliah harus pandai-pandai mengatur waktu. “Waktu bekerja itu harus berjuang keras, untuk membuat thesis. Karena sudah kecapaian, training, tetapi harus ada tanggung jawab yang dikerjakan. Jadi saya menghilang dulu karena capek dan akhirnya bisa menyelesaikan semua,” kata Alya Fauziah.
Haswika yang berasal dari Makassar mengungkapkan perkuliahan di MTI bersama kedua kakaknya. Pelajaran berharganya, ketika ketiganya kehilangan salah satu anggota keluarganya.
Penyusunan tesis, kata Haswika, dari awal hingga akhir tidak ada kendala yang berarti. “Pesan saya kepada kedua kakak saya dan teman saya agar tetap semangat meskipun harus mengorbankan banyak hal. Kita harus percaya di masa depan, cita-cita akan terwujud,” kata Haswika.
Sementara Amelia Rachmi Nasution mengatakan menyelesaikan S1 di Akrpind Yogyakarta. Ia merasakan cukup berat menyelesaikan kuliah MTI UII, sebab ibunya sakit sehingga harus berbagi waktu untuk merawatnya.
“Saya bersyukur sekali mendapat dosen yang bisa mengerti keadaan saya. Seperti ujian, ada yang tatap muka, tetapi saya mendapat izin melalui online. Alhamdulillah juga saya dapat menyelesaikan tepat waktu,” kata Amelia. (*)