YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Praktek menggunakan laboratorium virtual dapat memberikan fleksibilitas ruang dan waktu, efisiensi pembiayaan, peningkatan hasil belajar dan bahkan ketuntasan belajarnya mencapai 84 persen bagi mahasiswa yang mengikuti praktek mesin listrik. Laboratorium virtual menjadi jawaban atas besarnya dana operasional yang selama ini merupakan salah satu problem bagi pendidikan teknik dan vokasi dalam menyediakan lingkungan teknik yang memadai.
Prof Dr Muchlas MT, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengemukakan hal tersebut dalam pidato pengukuhan Guru Besar pada Sidang Terbuka Senat UAD di Kampus 4 Yogyakarta, Sabtu (30/9/2023). Prof Muchlas menyampaikan pidato pengukuhan berjudul ‘Transformasi Pendidikan Teknik dan Vokasi di Era Industri 5.0 melalui Pengembangan Laboratorium Virtual.’
Prof Muchlas menjelaskan kurangnya dana operasional merupakan salah satu problem pendidikan teknik dan vokasi dalam menyediakan lingkungan teknik yang memadai. Sedang di sisi lain, teknologi digital telah menjadi ekosistem pendidikan dan pengaruhnya telah merambah di semua tatanan bidang ini.
Kata Muchlas, membanjirnya produk-produk teknologi digital yang melanda dunia pendidikan telah mengubah tatanan landscape laboratorium di lingkungan pendidikan sains dan teknik. Selama ini sudah terbiasa menggunakan laboratorium hands-on ‘dipaksa’ migrasi ke peralatan berbasis teknologi digital.
“Kondisi ini telah mendorong munculnya pengklasifikasian baru terhadap
laboratorium dan cara-cara yang digunakan untuk memanfaatkannya. Klasifikasi
laboratorium pembelajaran saat ini telah berkembang, selain hands-on, dikenal
pula laboratorium jarak jauh (remote laboratorium) dan laboratorium virtual,” kata Muchlas.
Beberapa riset, tambah Muchlas, menunjukkan praktik menggunakan laboratorium virtual memiliki banyak keuntungan. Di antaranya, dapat meningkatkan pemahaman siswa; memberikan hasil belajar praktik yang sama efektifnya dengan praktik hands-on; meningkatkan efisiensi praktik dibandingkan kegiatan di laboratorium real; dan lebih mudah dan fleksibel.
“Hasil penelitian kami juga menunjukkan hal yang sama, praktik menggunakan laboratorium virtual dapat memberikan fleksibilitas ruang dan waktu, efisiensi pembiayaan yang tinggi, peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar praktik yang baik (84%) bagi mahasiswa yang mengikuti praktik mesin-mesin listrik,” kata Muchlas.
Sebelumnya, kata Muchlas, behaviorism, cognitivism, dan constructivism merupakan tiga teori belajar yang paling sering digunakan dalam penciptaan lingkungan pembelajaran di semua level. Namun teori-teori ini dikembangkan pada saat pembelajaran belum dipengaruhi lingkungan teknologi digital.
Namun selama dua dekade terakhir ini, teknologi khususnya digital telah berkembang pesat dan mampu mengatur ulang cara manusia dalam menjalani hidup, berkomunikasi, dan belajar. Teknologi digital telah menjadi bagian dari ekosistem pendidikan, sehingga diperlukan perencanaan terhadap penerapan digitalisasi pada semua lini pendidikan.
“Pada situasi seperti ini, nampak bahwa ketiga teori belajar yang selama ini menjadi mainstream sudah tidak memadai lagi digunakan sebagai landasan filosofis. Sehingga diperlukan teori belajar baru sebagai komplemen aliran-aliran lama yang dapat menggambarkan prinsip dan proses pendidikan sesuai lingkungan sosial terkini,” tandas Muchlas. (*)