JAKARTA, MENARA62.COM– Memperingati ulang tahun ke-44, PT Miwon Indonesia bekerja sama dengan Dompet Duafa gelar diskusi interaktif bertajuk Pejuang Ekonomi Mikro. Diskusi yang berlangsung di kantor Miwon, kawasan Pulogadung, Jaktim tersebut menampilkan tiga orang pedagang bakso sebagai narasumber.
Salah satu segmen diskusi mengupas tentang makna pahlawan dari kisah perjuangan para pedagang bakso.
Adalah Midi, pedagang bakso, menuturkan awal perjuangannya berjualan bakso dilakukan pada 1992. Bukan masalah mudah untuk memulai usaha berjualan bakso. Karena selain harus membuat bakso yang enak dan sehat, tempat usaha yang strategis juga ikut menentukan keberhasilan usaha.
“Berkali-kali mencoba mencari tempat yang strategis untuk berjualan namun selalu berujung dengan kegagalan, bahkan terkadang mendapat perlakuan yang kurang baik dari pedagang bakso lainnya. Namun, dengan ikhtiar dan tekad yang kuat akhirnya saya merasakan manisnya perjuangan,” ujar Midi.
Kini, Midi terbilang sukses. Dari hasil berdagang bakso, ia mampu membeli rumah, kendaran, dan peternakan.
Kisah berbeda dituturkan oleh Joko, pedagang bakso lainnya. Menurut Joko, berdagang makanan termasuk bakso tidak boleh dilakukan sembarangan. Karena makanan yang disajikan ikut menentukan kesehatan konsumen.
“Saya tidak ingin membahayakan mereka dengan menggunakan bahan tambah pangan berbahaya seperti boraks,” tuturnya.
Ketika ditanya makna pahlawan di mata Joko, ia menjawab bahwa seseorang yang menjalani profesi dengan kejujuran, kearifan, memperhatikan norma dan aturan sertatidak merugikan pihak lain itulah yang disebut pahlawan.
Pedagang bakso Paryadi, menuturkan bahwa makna pahlawan adalah ketika masyarakat sekitar merasakan manfaat dan kebaikan dengan adanya keberadaan kita. Hal ini dibuktikan oleh Paryadi pada saat peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2017 lalu.
Ia memberikan bakso gratis bagi konsumen yang hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya dan teks Pancasila. Selain itu, sebagai Ketua Komunitas Pedagang Tangguh, Paryadi juga sering mengajak anggotanya memberikan sumbangan untuk anggota lain terkena musibah. Ajakan ini pun disambut positif oleh anggotanya secara sukarela.
Midi, Joko dan Paryadi adalah para pedagang bakso berkarakter. Merekalah pahlawan Indonesia masa kini, berjuang dalam keterbatasan, namun tetap menyemai benih – benih kebaikan bagi sekitar.
Ketiga tukang bakso tersebut merupakan pedagang yang mendapat bantuan dari PT Miwon Indonesia dan Dompet Duafa melalui program pemberdayaan masyarakat yang digagas sejak tahun 2011.
Tahun ini adalah Program Pedagang Tangguh ke-6 dengan sasaran fokus yang sama yaitu para pedagang bakso. Penerima manfaat di tahun keenam kali ini berjumlah 50 pedagang bakso yang terdiri dari 30 pedagang di wilayah Jakarta Selatan dan 20 pedagang bakso di Surabaya.
Total mitra pedagang yang sudah dibina dari awal hingga kini sebanyak 350 orang. Inisiasi Pedagang Tangguh dilatarbelakangi oleh kepedulian dari Miwon dan Dompet Duafa terhadap kondisi para pedagang bakso skala mikro yang masih terbatas dalam aspek produksi, manajerial dan pemasaran.
Keterbatasan ini menjadikan mereka jauh tertinggal dan kalah kompetitif dibandingkan pedagang lainnya.Sementara, mereka adalah para pedagang hebat yang memiliki keahlian, kompetensi dan semangat besar untuk sukses.
Miwon Indonesia dan Dompet Duafa berkomitmen untuk membantu menguatkan eksistensi para pedagang bakso agar tetap bertahan,mandiri, dan dipercaya publik. Ragam bantuan yang diberikan berupa penyaluran modal usaha (1 set gerobak dorong dan peralatan penunjang), penguatan kapasitas mitra serta pendampingan usaha regular selama satu tahun.
Penguatan kapasitas diimplementasikan melalui pelatihan-pelatihan yang dapat menambah pengayaan dan pemahaman mitra mengenai aspek keamanan pangan, strategi pengembangan wirausaha, pengelolaan keuangan dan penguatan kelembagaan lokal.
“Kami berharap para pedagang bakso dapat lebih mandiri secara finansial, sehingga para pedagang dapat memperbaiki taraf hidup keluarga sambil tetap menyajikan makanan sehat dan layak konsumsi yaitu makanan yang bebas boraks, formalin dan pewarna tekstil,” ujar Vice President Director PT Miwon Indonesia, Mr. Lee Dong Won.
Peran Dompet Duafa dalam program ini adalah sebagai mitra pelaksana. Mulai dari seleksi pedagang, pengadaan perlengkapan usaha, hingga pendampingan intensif.
“Agar program tepat sasaran, kami memiliki prosedur terkait seleksi dan verifikasi mitra, melalui assessment yang komprehensif. Dengan terpilihnya mitra yang tepat, maka efektivitas dan keberhasilan program berupa kemandirian ekonomi dapat terwujud,” kata Ismail A. Said, Ketua Pengurus Yayasan Dompet Duafa.
Menurut Ismail, hal ini sudah lama dibuktikan dengan peningkatan omzet dan penambahan daya beli konsumen yang dialami oleh mitra pedagang yang sudah menerima bantuan program sebelumnya.