25.4 C
Jakarta

Program Sertifikasi Mahasiswa Vokasi Diluncurkan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan luncurkan program sertifikasi bagi mahasiswa vokasi. Tahun ini, ditargetkan sebanyak 15 ribu mahasiswa vokasi dapat mengikuti program tersebut.

“Target tersebut memang sulit dicapai mengingat pandemi Covid-19, sehingga kita akan lakukan penyesuaian,” kata Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Kemendikbud, Benny Bandanadjaya dalam peluncuran Program Sertifikasi Kompetensi & Profesi Mahasiswa Vokasi Tahun 2020 yang dilakukan secara virtual, Kamis (9/7/2020).

Diakui Benny target 15 ribu mahasiswa terbilang tinggi karena penetapan angka tersebut dilakukan belum mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19. Meski demikian diharapkan realisasinya tidak jauh melesat dari target yang ditetapkan.

Dengan sistem pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19, Benny memprediksi pembiayaan program sertifikasi mahasiswa vokasi bisa lebih efisien. Karena prosesnya sebagian besar akan dilakukan secara daring.

Lebih lanjut Benny mengatakan pihaknya juga menggelar program bantuan pelatihan pimpinan perguruan tinggi, dosen dan PLP. Hasil pelatihan itu mengarah kepada sertifikasi kompetensi.

Mahasiswa, pimpinan, dosen maupun PLP dalam hal ini dapat mengajukan diri sebagai peserta pelatihan. Selain itu juga bisa mengajukan diri sebagai provider dari pelatihan tersebut.

“Provider itutugasnya melaksanakan kegiatan pelatihan. Pesertanya bisa dari mana saja, dari berbagai institusi,” jelas Benny.

Pengajuan sebagai provider tentu saja harus sesuai dengan persyaratan yang ada dalam aturan. Sumber pembiayaannya berasal dari Kemendikbud.

Benny mengatakan hasil (output) yang diharapkan pemerintah dari program ini bukan hanya sekadar sertifikat, tapi mengembangkan pendidikan tinggi vokasi supaya bisa menjadi lebih baik dari sisi sumber daya manusia. Misalnya untuk pimpinan, pemerintah meminta untuk membuat dokumen pengembangan institusi yang terkait dengan pelatihan yang sudah didapatkan.

Kemudian, untuk dosen, output yang diharapkan adalah dapat membuat dokumen, modul, praktek, perkuliahan, pembelajaran, atau SOP tentang pengembangan profesionalisme di bidang pendidikan khususnya terkait dengan kegiatan kevokasian.

Sementara itu pada kesempatan yang sama Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengharapna serapan industri terhadap lulusan pendidikan vokasi dalam setahun harus mencapai 80 persen lebih. Jika tidak, maka dipastikan ada yang salah dengan kurikulum program studi pendidikan vokasi.

“Kalau dalam setahun ternyata serapannya dibawah 80 persen, berarti ada yang salah, mungkin kurikulumnya tidak cocok meski sudah disusun bareng industri,” kata Wikan.

Selain kurikulum yang tidak cocok, hal lain yang bisa membuat angka serapan rendah adalah semangat belajar dari para mahasiswa. Bisa jadi, kuliah di pendidikan vokasi hanyalah pilihan kedua, sehingga mahasiswa tidak bisa menikmatinya.

“Ini jadi pekerjaan rumah kita bersama, semangat mahasiswa kuliah di pendidikan vokasi harus diberesi, harus sesuai pasion,” tambah Wikan.

Wikan menjelaskan masalah angka serapan dunia industri ini menjadi satu dari 8 indikator keberhasilan pendidikan vokasi. Diluar itu, kampus pendidikan vokasi juga dituntut untuk bisa mendorong 15-20 persen mahasiswa vokasi mau KKN atau mengembangkan bisnis. Ini penting agar dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa vokasi tidak lagi mengejar IPK semata, tetapi softskill harus menjadi perhatian utama.

Untuk mencapai target angka serapan lulusan pendidikan vokasi tersebut, Wikan menilai perlunya mutu dan kualitas dosen pendidikan vokasi ditingkatkan. Dosen vokasi didorong untuk meningkatkan keprofesionalannya agar diakui tingkat kepakarannya. Mengejar angka akreditasi, tidak akan membuat Indonesia lebih maju.

Wikan mengatakan tahun 2021, Kemendikbud menargetkan 70 persen kurikulum pendidikan vokasi adalah base learning project dari industry, untuk semua materi kuliah. Jadi riil dengan kebutuhan dunia industri.

Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia tahun 2019 mencapai 34,58 persen. Dari prosentase tersebut, 8,97 persen adalah mahasiswa vokasi. Jumlah mahasiswa secara keseluruhan sekitar 8 juta dimana 721 ribu diantaranya adalah mahasiswa vokasi.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!