BANDA ACEH, MENARA62.COM – PW ‘Aisyiyah Aceh bersama UNICEF melalui Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA) sukses gelar Diskusi Program Imunisasi di Aula ruang rapat Universitas Muhammadiyah Aceh. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka milad ‘Aisyiyah ke 107. Acara dibuka oleh Master of ceremony Dr. Allaily dengan kata sambutan dan peresmian acara yang dipimpin oleh ketua PWA Aceh Hj. Asraf, M.Si.
Pada kesempatan ini, Kepala UNICEF Perwakilan Aceh sebagai keynote speaker, Andi Yoga Tama mengatakan bahwa kegiatan ini memberikan kontribusi besar kepada orang tua dan anak yang menjadi tujuan imunisasi. “Aceh adalah provinsi yang sangat rendah pelaksanaan imunisasi. Sehingga, dibutuhkan dukungan bersama agar terlepas dari posisi ini.”
Selain itu, Kepala Seksis (P2PM) bidang P2P Dinas Kesehatan Aceh Helmi, SKM, MPH juga memaparkan menjadi utama pelaksaaan imunisasi ini karena terdapat kebijakan program dan evaluasi terhadap cakupan imunisasi Aceh. Program imunisasi merupakan amanah yang harus dijalankan dan dipatuhi oleh masyarakat. Jika sudah ada landasan hukum melalui UUD 1945, UU Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014, UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014, UU Kesehatana No. 17 Tahun 2023, dan Peraturan Menteri Kesehatan No 12 Tahun 17 tentang penyelenggaraan imunisasi.
Menurutnya, pentingnya imunisasi sebagai proteksi spesifik individu yang diimunisasi, membentuk kekebalan kelompok, proteksi lintas kelompok (kelompok anak dapat menularkan kepada usia dewasa). Hal ini menjadi tanggungjawab baik dari orang tua, pemerintah, lintas sektor, dan organisasi masyarakat.
“Apabila anak tidak mendapatkan imunisasi rutin secara lengkap maka tidak memiliki kekebalan secara sempurna. Alangkah mudahnya bila, presentase sebesar 70% proses imunisasi bayi saat lahir di laksanakan di Rumah Sakit, maka selebihnya sebanyak 30% dapat dilanjutkan di posyandu.” Tutur Helmi.
Helmi juga menyampaikan penyakit berbahaya menular yang dapat dicegah dengan imunisasi lengkap, seperti TB, Campak, Rubela, Polio, Hepatitis, pneumonia, radang otak, Difteri, tetanus bayi-anak, kanker serviks, pertusis (Batuk rejan/ batuk 100 hari). Saat ini, capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada tahun 2023 hanya 39,4%.
Lanjutnya, perlu dilakukan pendataan di masyarakat terkait jenis imunisasi yang telah diberikan kepada anak baik dari sekolah maupun dalam lingkup desa. Sebagai contoh tingkat efektifitas vaksinasi campak dengan efikasinya 85%, ada 10 anak yg divaksin maka 8,5 orang yang mampu membentuk antibody yang maksimal.
Pada sesi yang lain, dr. Aslinar, Sp.A, M.Biomed paparan mengenai Peran ‘Aisyiyah untuk Imunisasi di Aceh. Anak sering sakit salah satu penyebabnya abai terhadap imunisasi. Imunisasi merupakan vaksin dengan memberikan antigen kedalam tubuh untuk membentuk antibody spesifik. Pemberian Asi semata tidak cukup karena tidak dapat melindungi dalam jangka panjang. “Saat ini, kondisi masyarakt Aceh masih sangat memprihatinkan karena pada tahun 2022, Provinsi Aceh masih tercatat terdapat kasus polio,” jelasnya.
Menurutnya, imunisasi sangat dibutuhkan karena berdasarkan data yang diperoleh dari UNICEF dalam waktu 1 tahun terdapat sebanyak 1.500.000 anak yang meninggal akibat terinfeksi penyakit yang sebenarnya dapat diatasi melalui imunisasi, artinya dalam 1 menit terdapat 3 anak yang meninggal.
Aslinar juga menyampaikan perihal contoh penyakit yang diderita akibat Rubella dengan kondisi anak berat lahir rendah, tuli, buta, bocor jantung, kepala kecil/mikrosefali, tidak bisa bicara, keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental. Kebutuhan biaya/tahun (pengobatan, terapi, pendidikan, dsb) berkisar antara 60-700 juta dengan perlakuan operasi katarak (tanam lensa) sebesar Rp.25.000.000 dan biaya kacamata Rp 2-3 juta, jika kondisi tuli, maka dibutuhkan alat bantu dengar Rp 8 – 40 juta dengan implant kokhlear sebesar Rp 300 – 500 juta, serta operasi jantung, belum lagi ditambah dengan biaya fisioterapi untuk treatment berdiri, berjalan, terapi bicara, mendengar, dengan biaya sebesar 100 ribu/sesi (minimal 3x seminggu). Serta, beban psikis yang dirasakan keluarga hingga seumur hidup.
“Padahal, imunisasi lengkap dapat diperoleh secara gratis yaitu sejak bayi usia <24 jam hingga SD kelas 6 yang dimulai dari imunisasi Hepatitis B-o hingga HPV2,” Pungkas Aslinar.
Ichwanul Fitri Nst, S.Ag, M.Kes sebagai fasilitator juga menyampaikan terdapat mindset yang kurang tepat beredar di kalangan di masyarakat, seperti pengobatan yang diperoleh melalui fasilitas BPJS yang dianggap kurang efektif dan berbagai hal lain. Semoga dengan adanya FGD ini dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat sekitar.
Turut antusias peserta dari ‘Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah sebanyak 30 peserta hingga akhir acara dengan memaparkan pertanyaan serta saran untuk mendorong kemajuan imunisasi di Provinsi Aceh yang menjadi tanggungjawab.