JAKARTA, MENARA62.COM – Tes cepat (rapid test) COVID-19 akan diberlakukan untuk pertama kalinya di wilayah Jakarta Selatan. Alasannya, berdasarkan pemetaan menunjukkan indikasi Jakarta Selatan paling rawan COVID-19.
Hal tersebut ditegaskan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/3/2020).
“Hari ini pemerintah sudah mulai ‘rapid test’ (tes cepat) sebagai indikasi awal apakah seseorang terjangkit COVID-19 atau tidak. Pemerintah memprioritaskan wilayah yang menurut hasil pemetaan menunjukkan paling rawan COVID-19,” kata Presiden dikutip dari Antara.
Sebelumnya, Kementerian BUMN menyebut alat untuk menguji virus corona jenis baru yang menyebabkan penyakit saluran pernapasan (COVID-19) berupa tes cepat dari China sudah masuk Indonesia. Alat itu masuk secara bertahap mulai Kamis (19/3).
“Jadi ada prioritas dan kita memprioritaskan menurut pemetaan menunjukkan indikasi paling rawan di Jakarta Selatan,” katanya.
Wilayah Jakarta Selatan ditetapkan sebagai wilayah awal untuk melakukan tes cepat berdasarkan kontak penelusuran yang sudah dilakukan terhadap pasien positif COVID-19 sebelumnya.
“‘Rapid test’ memang sudah dilakukan sore hari ini di wilayah yang dulu sudah diketahui ada ‘contact tracking’ (kontak penelusuran) dari pasien-pasien positif sehingga dari situ didatangi dari rumah ke rumah untuk dites,” katanya.
Presiden mengatakan pemerintah sudah memutuskan desentralisasi tes dengan memberikan kewenangan kepada laboratorium-laboratorium yang telah ditunjuk Kementerian Kesehatan.
Presiden meminta masyarakat tidak ragu menegur orang-orang yang tidak disiplin menjaga jarak dan tidak cuci tangan.
“Saya tegaskan lagi bahwa kita harus saling mengingatkan untuk disiplin mengikuti protokol kesehatan dalam mengurangi penyebaran COVID-19. Jangan ragu untuk menegur seseorang yang tidak disiplin menjaga jarak, tidak mencuci tangan, dan abai menjaga kesehatannya,” katanya.
Bagi yang terbukti positif COVID-19 atau menduga diri terjangkit COVID-19, katanya, segera isolasi diri dan menjaga kesehatan.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkap salah satu BUMN, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), telah memesan 500 ribu alat untuk mendeteksi gejala awal virus corona. Waktu yang dibutuhkan cukup singkat, yakni 15 menit hingga tiga jam. Jika hasil tes cepat mengindikasikan pasien positif tertular virus corona, maka pasien dapat melanjutkan tes laboratorium.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan tes cepat menggunakan spesimen darah dan bukan dari tenggorokan atau kerongkongan, seperti tes PCR dan genome sequence yang selama ini dilakukan Kemenkes. Tes cepat disebut membutuhkan reaksi dari imunoglobin pasien yang terinfeksi virus corona, paling tidak seminggu sebab jika pasien belum terinfeksi atau terinfeksi selama kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobin akan negatif.