KLATEN, MENARA62.COM — Ratusan Siswa SD Muhammadiyah Tonggalan Shalat Istisqo’. Kemarau panjang membuat resah dan gelisah warga Klaten, Jawa Tengah. Hal ini terlihat dengan semakin mengeringnya air sumur warga. Akibatnya, warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Kekeringan air melanda sejumlah desa di Kecamatan Bayat, Karangdowo, Jatinom, Kemalang dan lainnya. Sebagai wujud keprihatinan, siswa SD Muhammadiyah Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, mengikuti shalat Istisqo’ atau minta hujan.
Shalat minta hujan ini, kata Sihono SPdI, Kepala SD Muhammadiyah Tonggalan, Klaten, merupakan agenda tahunan saat puncak musim kemarau. Lokasi shalat digelar Senin (28/10/2019) pagi di halaman sekolah yang diikuti 605 siswa kelas 1 sampai kelas 6 dan 47 guru.
“Tadi sebelum shalat Istisqo’, anak-anak upacara terlebih dulu memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-91. Shalat Istisqo’ diadakan di halaman sekolah kampus 1, jalan Tapak Doro nomor 19, Tonggalan, Klaten Tengah. Subhanalloh, semoga hujan segera turun, kasihan warga yang kesulitan air bersih,” ujar Sihono.
Shalat
Dalam shalat minta hujan ini, Burhan SPdI menjadi imam shalat dan khatibnya dilaksanakan Nanang SPd.
Sihono menjelaskan, shalat ini tujuan utamanya memohon Allah SWT Pencipta Alam Semesta untuk menurunkan hujan, hal ini mengingat banyaknya keresahan warga air sumurnya kering.
Warga di lereng gunung Merapi, seperti di Kemalang, Jatinom, Karangnongko dan Manisrenggo, kalau musim kemarau panjang harus beli air lewat mobil tangki. Rata-rata harga satu tangki air volume 5000 liter harganya Rp 300-325 ribu. Meskipun di Klaten sudah ada PDAM, tapi jaringan instalasi pipa PDAM sebagian belum terakses di daerah rawan kekeringan.
“Kami beberapa waktu lalu juga mengirimkan belasan tangki air bersih ke daerah lereng gunung Merapi dan dalam waktu dekat sekolah kami ini juga akan menggalang dana untuk krisis air bersih ke daerah Kecamatan Bayat. Shalat minta hujan ini semoga terkabulkan dan hujan segera turun,” jelas Sihono.