27.5 C
Jakarta

Rembulan di Atas Bukit Pajangan (bagian ke-27)

Baca Juga:

Bicara Soal Cita-Cita

JIKA filsuf Khalil Gibran pernah berkata anak kita bukan anak kita, sekarang mulai terbukti. Maksud Khalil Gibran bisa jadi adalah apa yang kita harapkan tidak selalu menjadi kenyataan. Termasuk dalam hal cita-cita. Tidak musti sama. Ini juga menjadi ujian bagi hampir semua orang tua yang mempunyai anak. Kenyataan di lapangan sering kita lihat anak kyai/ustadz justru menjadi pencuri. Anak pencuri jadi kyai. Inilah kehidupan. Maka bisanya orang tua hanyalah mengarahkan. Tidak bisa memaksakan.
“Pingin jadi apa le, kalau sudah besar nanti,” tanyaku satu saat, ketika sore-sore di ruang tamu kami yang kecil.
“Ahli IT, pak,” jawabnya.
“Bagus itu le, tetapi ngajinya gak boleh dilupakan. Harus menjadi modal,” kataku lagi.
“Iyalah. Aku ingin jadi hacker pak,”katanya lagi. Tanpa melihatku. Dia masih sibuk dengan HP yang biasa aku pakai. Aku agak kaget kenapa ingin jadi hacker, padahal setahuku pekerjaan hacker adalah merusak jaringan orang lain.
” Itu pekerjaan yang merugikan orang lain le. Merusak kenyamanan orang. Tidak banyak gunanya bagi dirimu. Apa tidak sebaiknya kamu jadi guru, seperti bapak le, sambil kamu terus dan tetap mengaji. Kan ada hubungannya dengan ngajimu sekarang ini,” pintaku.
“Tapi aku senang IT pak. ”
“Makanya dilanjutkan, ngajinya,”
“Apa nggak boleh menekuni IT, pak?”
“Boleh saja. Orang Islam memang harus cerdas,”
“Itulah makanya aku ingin belajar IT tapi yang hafal quran pak,”
“Baguslah. Tapi aku tetap khawatir kalau kamu makin sibuk dengan IT. yang itu tentu berhubungan dengan internet. Padahal di internet semuanya ada. Yang baik, yang buruk. Aku khawatir kamu belum bisa memisahkan,”
“Gaklah pak. Gak usah khawatir,”
Itulah percakapan ringan kami sore itu. Yang hingga kini kadang masih membuat  pening. Meski sering tidak beralasan. Mungkin terlalu berlebihan kekhawatiran ini. Untuk menutup kegelisahan maka kadang-kadang aku ceritakan orang-orang berhasil di lingkungan keluarga, agar menjadi cermin Rohman. Meski secara tidak langsung tidak ingin membelokkan keinginannya untuk menekuni IT menjadi hacker.
Akhirnya aku ingat bahwa hati adalah milik Allah. Alah-lah yang membolak-balikkan hati. Hati siapa saja. Doaku agar selalu diteguhkan di jalan yang lurus. Termasuk soal  cita-cita. (bersambung..)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!