32.5 C
Jakarta

Robby: Jangan Sampai Islam Jadi Komoditas Hoax

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM– Literasi media umat Islam sangat penting menyikapi berita dan informasi yang bersifat hoax di media sosial. Banyak pengguna media sosial yang menelan mentah-mentah informasi hoax tentang Islam yang beredar bahkan turut andil menyebarkannya.

“Budaya masyarakat dalam menyikapi berita dan informasi yang didapat dari media konvensional maupun media sosial menjadi fenomena kebudayaan Islam yang penting diperhatikan. Jangan sampai Islam menjadi komoditas hoax, Islam seolah-olah jadi berita yang negatif, dipolitisir, dihantam sana-sini bahkan sedihnya oleh umat Islam sendiri,” demikian disampaikan Dr H Robby Habiba Abror MHum, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta kepada Menara62.com Ahad (15/01/2017).

Masyarakat di era digital ini, sambungnya, dituntut lebih cerdas dalam membudayakan sikap hati-hati ketika mendapatkan berita ataupun informasi di media. Sebab, masih banyak masyarakat yang membagikan berita dan informasi yang asal-asul dan kontennya pun tidak jelas.

Menurut Kaprodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Sunan Kalijaga ini literasi media digital ini merupakan sebentuk literasi baru atau subliterasi dari literasi media yang meliputi keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu atau kelompok dalam menggunakan teknologi digital. Literasi ini memberi landasan etis dan sikap kritis dalam berinteraksi dengan atau menggunakan berbagai bentuk teknologi digital dalam kehidupan seseorang.

“Interaksi di media sosial memerlukan sikap kritis dalam meresepsi konten berita. Jangan sampai individu akan menelan berita mentah-mentah meskipun hoax. Sehingga membangun cara pandang yang keliru tentang sesuatu dan cenderung menyelisihi pendapat keluarga, ulama ataupun pihak yang otoritatif dalam fatwa agama. Ini berbahaya, bisa lahir distorsi wacana agama misalnya,” ujar anggota Tim Asistensi Diktilitbang PP Muhammadiyah.

Robby kemudian mengingatkan bahwa tugas setiap muslim untuk memberitakan informasi dengan benar dan bertanggung jawab. Caranya, dimulai dari diri sendiri untuk niat melakukan jihad ilmu, jihad ilmiah dan jihad media digital.

Gemar membaca buku dan menulis berita dengan jujur, konstruktif dan solutif atas masalah yang sedang terjadi. Dicontohkan oleh Robby, informasi yang beredar kemudian dikonfirmasi dengan mengacu pada sumber-sumber bacaan atau referensi pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kemudian men-share setiap berita ataupun gagasan yang telah dikonstruksi dengan baik dan mencerahkan umat tersebut.

Menurut Robby, MPI PWM DIY sudah mencoba mengunggah buku-buku Muhammadiyah, mendigitalisasi, dan hasilnya dapat diakses lewat aplikasi online yaitu dengan men-download i-jogja. Selain itu setiap sekolah, kampus dan komunitas Muhammadiyah yang beraneka ragam juga seyogyanya dapat melakukan literasi media digital untuk mencerdaskan warganya dan membekali mereka dari dampak negatifnya.

“Yang terpenting masyarakat, dan lebih lagi sebagai kader Muhammadiyah, perlu membuat perubahan secara signifikan dari pribadinya terlebih dahulu. Literasi media digital tidak mungkin berhasil jika dalam diri kita belum sepenuhnya dewasa dan bertanggung jawab,” katanya.

Literasi media digital di kalangan Muhammadiyah menjadi keharusan. Jangan sampai, sambung Robby, kita menjadi bagian dari penyebar hoax dan hanya sekadar mengonsumsi berita yang bohong tersebut.

“Jangan sampai Islam menjadi komoditas hoax,” pungkasnya. (rul)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!