28.4 C
Jakarta

Ruhnya Muhammadiyah Itu Pengajian

Baca Juga:

Oleh: Nunu Anugrah P

CIREBON, MENARA62.COM – Pasal 5 ayat 2.a Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah tertulis bahwa syarat pendirian Ranting Muhammadiyah sekurang-kurangnya menpunyai: pengajian/kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.

Sementara di pasal 6 ayat 2b: syarat pendirian cabang sekurang-kurangnya mempunyai pengajian/kursus mubaligh/mubalighat dalam lingkungan cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.

Maka pantaslah jika Pak AR (K.H. AR Fakhrudin) pernah berujar: “Ruhnya Muhammadiyah itu pengajian, jika di sebuah cabang dan ranting Muhammadiyah tidak ada pengajian maka ibarat jasad yang tidak ada ruhnya”. Saya mungkin menambahkan La yamutu wa la yahya (tidak hidup dan tidak mati).

Menyelenggarakan pengajian di ranting dan cabang yang Muhammadiyah adalah organisasi minoritas di suatu daerah, tentu tidaklah mudah. Mengumpulkan orang untuk datang ke masjid Muhammadiyah untuk mengikuti pengajian sangatlah sulit.

Dari pengalaman yang sudah, jika di masjid kami mengadakan pengajian, jama’ah yang hadir paling banyak 30 orang. Maka sesulit apa pun, pengajian haruslah tetap ada. Di sinilah di tingkat Pimpinam Daerah Muhammadiyah (PDM) perlu memiliki laboratorium dakwah. Laboratorium ini akan meneliti bagaimana karakter sasaran dakwah Muhammadiyah di suatu tempat.

Mengapa orang enggan datang ke pengajian di masjid Muhammadiyah? Apakah da’i nya figur yang tidak disukai oleh masyarakat setempat? Apakah materinya monoton tidak up to date? Apakah figur aktifis persyatikatan dan takmir masjidnya adalah figur yang tidak pandai bergaul dan tidak disukai oleh lingkungan di sekitar masjid Muhammadiyah? Nah semua itu bisa diteliti oleh laboratorium dakwah PDM.

Sekali lagi, pengajian tidak boleh berhenti agar ruh Muhamnadiyah tetap ada. Jika untuk menambah anggota Muhammadiyah tidak bisa, maka anggota yang sudah ada perlu dibina lewat pengajian, agar jumlah anggota tidak menurun.

Mengajak ibu-ibu untuk datang ke pengajian sudah umum lebih mudah dilakukan daripada mengajak bapak-bapaknya. Untuk itu peran ‘Aisyiyah sangatlah penting untuk menyelenggarakan pengajian.

Jika ada rasa bosan mengadakan pengajian ibu-ibu di masjid/mushalla, tentu tidak ada salahnya pengajian berpindak ke rumah aktifis Muhammadiyah/’Aisyiyah untuk menyegarkan suasana.

Foto: pengajian ibu-ibu Aisyiyah Pabuaran Kab. Cirebon di Masjid Al-Furqon Desa Pabuaran Kidul dan di salah satu rumah anggota Aisyiyah.

 

Nunu Anugrah P-Ketua PC Muhammadiyah (PCM) Pabuaran Kab. Cirebon

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!