Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW. pernah berpesan kepada kita, “…Berkatalah baik atau diam.” Pesan singkat ini mengandung makna yang cukup dalam jika kita renungkan lebih lanjut.
Jika ditelisik lebih dalam, pesan singkat Rasulullah SAW tersebut, yang dalam rangkaian hadis lengkapnya menjadi prasyarat keimanan seseorang, menegaskan bahwa hanya ada dua opsi yang bisa kita pilih terkait dengan cara kita berbicara dan bertutur, yaitu berkata baik atau diam. Ya, hanya ada dua pilihan bagi seorang mukmin dalam berbicara. Pertama, jika ingin berbicara hendaklah hanya berbicara baik, berkata-kata yang bermanfaat, bertutur santun. Kedua, jika tidak ada yang bernilai dari suatu perkataan, tidak ada kebaikan dari sebuah ucapan, tidak ada manfaat dari sebuah penuturan, maka diam adalah pilihan utamanya.
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah SAW juga pernah menyatakan, “barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih tua, maka dia bukan termasuk golongan kami.”
Pernyataan Rasulullah SAW ini mengajarkan betapa sikap kita terhadap orang lain akan menunjukkan tinggi atau rendahnya akhlak serta kepribadian kita.
Seseorang yang mengerti posisinya di dalam pergaulan, dia akan bersikap hati-hati dan penuh perhitungan. Dia akan selalu mempertimbangkan kepada siapa dia berbicara, bersikap dan berperilaku. Apakah kepada yang lebih muda, ataukah kepada yang lebih tua.
Kepada siapa pun kita bergaul, Rasulullah SAW mengajarkan etika dan tata kramanya. Kepada yang lebih muda kita diperintahkan untuk menyayanginya, sedangkan kepada yang lebih tua kita diajarkan untuk menghormatinya. Inilah etika pergaulan ala Rasulullah SAW
Dari dua riwayat hadis yang penulis sebutkan di atas, dapat dipahami bahwa Islam mengajarkan kesantunan dalam bertutur serta bijak dalam bersikap dan bergaul.
Santun dalam bertutur artinya hanya mengucapkan hal-hal yang baik saja, yang dapat menghadirkan manfaat serta kesejukan bagi orang lain, dan menghindari berucap kata-kata kotor, kasar yang dapat menyakiti dan melukai perasaan orang lain. Alternatif yang bisa diambil dalam berucap atau bertutur hanya dua opsi. Pertama, berkata baik. Kedua, diam.
Bijak dalam bersikap dan bergaul artinya mampu menempatkan diri dan tahu diri dalam setiap persoalan dan pergaulan. Seseorang yang bijak akan melihat setiap persoalan dari berbagai sudut, tidak hanya satu atau dua arah saja. Sehingga diapun mampu melihat persoalan secara menyeluruh. Walhasil, sikap yang akan diambil pun berdasarkan pertimbangan dan perhitungan yang matang.
Pun demikian halnya dengan orang yang bijak dalam bergaul. Dia tidak akan merasa lebih dari orang lain, meskipun pendidikan, status sosial, jabatan serta kedudukannya lebih tinggi dari orang lain. Dia akan tetap rendah hati. Dia akan tetap mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, serta menghormati dan memuliakan yang lebih tua.
Inilah etika yang harus dijaga oleh setiap kita, sebagai khalifah di muka bumi ini. Dengan etika yang tetap dijaga, maka kemuliaan dan harga diri kita akan tetap terjaga. Tanpa etika, seseorang tidak akan ada harganya di mata orang lain, dan di sisi Tuhan.
Ruang Inspirasi, Sabtu (4/4/2020)