31.2 C
Jakarta

Santun Bertutur, Bijak Bersikap

Baca Juga:

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW. pernah berpesan kepada ‎kita, “…Berkatalah baik atau diam.” Pesan singkat ini mengandung makna ‎yang cukup dalam jika kita renungkan lebih lanjut.‎

Jika ditelisik lebih dalam, pesan singkat Rasulullah SAW tersebut, yang ‎dalam rangkaian hadis lengkapnya menjadi prasyarat keimanan seseorang, ‎menegaskan bahwa hanya ada dua opsi yang bisa kita pilih terkait dengan ‎cara kita berbicara dan bertutur, yaitu berkata baik atau diam. Ya, hanya ada ‎dua pilihan bagi seorang mukmin dalam berbicara. Pertama, jika ingin ‎berbicara hendaklah hanya berbicara baik, berkata-kata yang bermanfaat, ‎bertutur santun. Kedua, jika tidak ada yang bernilai dari suatu perkataan, ‎tidak ada kebaikan dari sebuah ucapan, tidak ada manfaat dari sebuah ‎penuturan, maka diam adalah pilihan utamanya.‎

Dalam sabdanya yang lain Rasulullah SAW juga pernah menyatakan, ‎‎“barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kami ‎dan tidak mengerti hak orang yang lebih tua, maka dia bukan termasuk ‎golongan kami.”‎

Pernyataan Rasulullah SAW ini mengajarkan betapa sikap kita terhadap ‎orang lain akan menunjukkan tinggi atau rendahnya akhlak serta kepribadian ‎kita. ‎

Seseorang yang mengerti posisinya di dalam pergaulan, dia akan ‎bersikap hati-hati dan penuh perhitungan. Dia akan selalu mempertimbangkan ‎kepada siapa dia berbicara, bersikap dan berperilaku. Apakah kepada yang ‎lebih muda, ataukah kepada yang lebih tua.‎

Kepada siapa pun kita bergaul, Rasulullah SAW mengajarkan etika dan ‎tata kramanya. Kepada yang lebih muda kita diperintahkan untuk ‎menyayanginya, sedangkan kepada yang lebih tua kita diajarkan untuk ‎menghormatinya. Inilah etika pergaulan ala Rasulullah SAW ‎

Dari dua riwayat hadis yang penulis sebutkan di atas, dapat dipahami ‎bahwa Islam mengajarkan kesantunan dalam bertutur serta bijak dalam ‎bersikap dan bergaul. ‎

Santun dalam bertutur artinya hanya mengucapkan hal-hal yang baik ‎saja, yang dapat menghadirkan manfaat serta kesejukan bagi orang lain, dan ‎menghindari berucap kata-kata kotor, kasar yang dapat menyakiti dan melukai ‎perasaan orang lain. Alternatif yang bisa diambil dalam berucap atau bertutur ‎hanya dua opsi. Pertama, berkata baik. Kedua, diam.‎

Bijak dalam bersikap dan bergaul artinya mampu menempatkan diri ‎dan tahu diri dalam setiap persoalan dan pergaulan. Seseorang yang bijak ‎akan melihat setiap persoalan dari berbagai sudut, tidak hanya satu atau dua ‎arah saja. Sehingga diapun mampu melihat persoalan secara menyeluruh. ‎Walhasil, sikap yang akan diambil pun berdasarkan pertimbangan dan ‎perhitungan yang matang.‎

Pun demikian halnya dengan orang yang bijak dalam bergaul. Dia ‎tidak akan merasa lebih dari orang lain, meskipun pendidikan, status sosial, ‎jabatan serta kedudukannya lebih tinggi dari orang lain. Dia akan tetap ‎rendah hati. Dia akan tetap mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, ‎serta menghormati dan memuliakan yang lebih tua.‎

Inilah etika yang harus dijaga oleh setiap kita, sebagai khalifah di ‎muka bumi ini. Dengan etika yang tetap dijaga, maka kemuliaan dan harga ‎diri kita akan tetap terjaga. Tanpa etika, seseorang tidak akan ada harganya di ‎mata orang lain, dan di sisi Tuhan. ‎

Ruang Inspirasi, Sabtu  (4/4/2020)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!