JAKARTA, MENARA62.COM – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) gelar diskusi lingkungan hidup bertema Gaya Hidup Go Green, Green Millenials, di Aula Ahmad Dahlan, Kampus FKIP Pasar Rebo, Jaktim, Selasa (2/4/2019). Diskusi yang digelar hasil kerjasama dengan Geotimes- Geoinstitute tersebut diikuti ratusan mahasiswa dan dosen UHAMKA.
Twitter metadaDekan FKIP UHAMKA Desvian Bandarsyah saat membuka resmi forum diskusi tersebut mengatakan bahwa isu lingkungan hidup menjadi hal penting yang harus dibawa ke forum yang melibatkan generasi milenial. Sebab generasi milenial terutama mahasiswa, kelak akan menjadi lokomotif penggerak pembangunan nasional.
“Isu lingkungan hidup adalah hal yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ini realitas yang ada dihadapan kita,” kata Desvian.
Menurut Desvian, kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat membawa konsekuensi perubahan gaya hidup generasi milenial. Dengan teknologi informasi, banyak hal bisa dilakukan dengan mudah. Mulai dari persoalan makan, belanja, transportasi dan lainnya.
“Makan misalnya, dulu orang perlu waktu untuk memasak makanan yang diinginkan. Sekarang, orang tinggal memesan melalui aplikasi. Makanan akan datang jauh lebih cepat dibanding waktu yang kita butuhkan untuk memasaknya,” lanjut Desvian.
Berbagai kemudahan tersebut disisi lain membawa konsekuensi bagi kehidupan masyarakat. Kecenderungan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang praktis, tidak mau repot termasuk dalam hal gaya hidup dan pola makan terus meningkat. Muncullah junk food, makanan siap saji, makanan yang sebenarnya merupakan ‘sampah’ bagi tubuh.
BACA JUGA:
- Mendikbud Minta Sekolah Tingkatkan Ekstrakurikuler Lingkungan
- Sampah Plastik di Laut Ancam Sumber Daya Ikan Nasional
Muncul pula penggunaan pestisida untuk berbagai kebutuhan. Polusi, racun dan lingkungan yang rusak terus mengelilingi manusia. Dunia mengalami degradasi baik moral manusia maupun moral lingkungan.
“Kita lihat gaya hidup anak-anak jaman sekarang yang tidak mau repot bawa botol minum isi ulang dan memilih minuman kemasan saat harus bepergian. Atau memilih makanan siap saji dibanding makanan sehat lainnya,” jelas Desvian.
Ia mengingatkan isu lingkungan hidup sebenarnya sudah bergulir lama tepatnya awal tahun 1990-an bersamaan dengan isu demokratisasi, transparansi, clean government dan feminism. Isu tersebut terus bergulir bagaikan bola salju yang kemudian menyadarkan dunia terkait kondisi lingkungan hidup.
“Artinya para ahli sudah mengingatkan soal isu lingkungan hidup ini dengan berbagai konsekuensinya jauh hari sebelumnya, sudah sangat lama,” lanjut Desvian.
Ia mengambil contoh Thomas Mathus yang pada abada 18 sudah mengingatkan adanya ancaman kelangkaan pangan yang bakal melanda dunia. Kelangkaan pangan yang dipicu oleh makin berkurangnya sumber pangan dunia, disisi lain berhadapan dengan pertumbuhan populasi penduduk dunia yang terjadi dengan sangat cepat.
Lebih lanjut Desvian mengatakan bahwa isu lingkungan hidup sejatinya tidak sekedar pemanasan global tetapi juga merambah pada ancaman kelangkaan pangan, berkurangnya lahan pertanian, berkembangnya jenis-jenis penyakit baru, meningkatnya permukaan laut hingga hilangnya sejumlah pulau. Isu ini akan berkembang seiring makin bertambahnya jumlah atau populasi penduduk bumi.
Karena itu, melalui diskusi ini, Desvian berharap generasi milenial menyadari akan pentingnya isu lingkungan hidup. Sehingga pada akhirnya, generasi milenial mau memutuskan untuk berperan aktif untuk ikut mengatasi persoalan lingkungan hidup melalui perubahan gaya hidup yang ramah lingkungan dan aksi-aksi positif lainnya.
BACA JUGA:
Ia juga mengingatkan sejatinya bumi adalah titipan anak cucu, titipan generasi yang akan lahir tahun-tahun mendatang. Karena itu jargon Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ‘alam bukan warisan nenek moyang kita tetapi titipan anak cucu kita’ perlu dipraktikkan oleh generasi milenial. Dengan demikian, generasi milenial akan lebuh arif dalam memperlakukan lingkungan dan alam.
Sementara itu, Ibrahim Ali Fauzi, dari Geotimes mengatakan masa depan bumi bergantung banyak pada kaum milenial. Apakah kaum milenial mau berperilaku ramah lingkungan atau justeru sebaliknya.
“Membawa botol minuman isi ulang, tidak memakai sedotan plastik, belanja membawa tas sendiri, adalah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Ibrahim.
Upaya mengajak kaum milenial peduli pada lingkungan, Geotimes diakui Ibrahim terus melakukan roadshow ke kampus-kampus dan sekolah untuk melakukan kampanye dan edukasi terkait lingkungan hidup. Tahun ini Geotimes sudah mengunjungi 3 kampus terkait kampanye lingkungan yakni kampus Universitas Paramadina, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan, serta Uhamka.
Diskusi lingkungan hidup tersebut menampilkan pembicara Oke Fifi Abriany, aktivis LTK Lestari, Mubarak Ahmad, M.Pd, Dosen FKIP UHAMKA dan Jalal, dari Thamrin School.
BACA JUGA: