28.8 C
Jakarta

Sawit, Primadona Yang Tak Lekang Terpaan Badai

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Industri sawit Indonesia, bak primadona yang tak lekang oleh hempasan badai. Industri sawit kokoh dan mampu bertahan di tengah badai.

Menurut Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono di Jakarta, Selasa (30/1/2018), inilah gambaran yang tepat untuk industri sawit Indonesia tahun 2017. Tantangan dari berbagai sisi menghadang perkembangan industri sawit Indonesia, akan tetapi industri sawit Indonesia terus berbenah diri dan meningkatkan kinerjanya di berbagai aspek.

Tahun 2017, menurut Joko, industri sawit Indonesia mencatatkan kinerja yang baik. Berdasarkan data yang diolah GAPKI, produksi CPO tahun 2017 mencapai 38,17 juta ton dan PKO sebesar 3,05 juta ton sehingga total keseluruhan produksi minyak sawit Indonesia adalah 41,98 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan produksi sebesar 18% jika dibandingkan dengan produksi tahun 2016 yaitu 35,57 juta ton yang terdiri dari CPO 32,52 juta ton dan PKO 3,05 juta ton. Sementara itu stok minyak sawit Indonesia pada akhir tahun 2017 adalah 4,02 juta ton.

Sementara itu, harga rata-rata CPO tahun 2017 tercatat US$ 714,3 per metrik ton atau meningkat 2% dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2016 yaitu US$ 700,4 per metrik ton.

Berdasarkan data yang diolah GAPKI dari berbagai sumber (Kementerian ESDM, Kementan, Kemenperin, BPS, GAPKI, APROBI, GIMNI, APOLIN, AIMMI dan BPDPKS) ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya) tidak termasuk biodiesel dan oleochemical pada tahun 2017, meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 23% atau dari 25,11 juta ton pada tahun 2016, meningkat menjadi 31,05 juta ton di tahun 2017.

Menurut Joko, nilai sumbangan devisa minyak sawit juga meningkat seiring kenaikan volume ekspor dan harga yang cukup baik. Tahun 2017 nilai ekspor minyak sawit Indonesia menembus 22,97 milyar dollar AS atau meningkat 26% dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai 18,22 milyar dollar AS. Nilai ekspor minyak sawit tahun 2017 ini merupakan nilai tertinggi yang pernah dicapai sepanjang sejarah ekspor minyak sawit Indonesia.

Kenaikan

Pada tahun 2017, hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia mencatatkan kenaikan permintaan minyak sawitnya. India mencatatkan kenaikan permintaan yang signifikan baik secara volume maupun persentase. Sepanjang tahun 2017 India meningkatkan permintaan minyak sawitnya menembus 7,63 juta ton atau naik 1,84 juta ton atau naik 32% dibandingkan dengan tahun 2016 dimana total permintaan sebesar 5,78 juta ton. Ekspor ke negara-negara Afrika juga mencatatkan peningkatan 50% (2016 : 1,52 juta ton, 2017 : 2,29 juta ton). Kenaikan terus diikuti oleh China sebesar 16% (2016 : 3,23 juta ton, 2017 : 3,73 juta ton), Negara-negara Uni Eropa naik 15% (2016 : 4,37 ton, 2017 : 5,03 juta ton), Pakistan naik 7% (2016 : 2,07 juta ton, 2017 : 2,21 juta ton), Amerika Serikat naik 9% (2016 : 1,08 juta ton, 2017 : 1,18 juta ton), Bangladesh naik 36% (2016 : 922,85 ribu ton, 2017 : 1,26 juta ton) dan Negara-negara Timur Tengah naik 7% (2016 : 1,98 juta ton, 2017 : 2,12 juta ton).

Sepanjang tahun 2017, kekhawatiran akan adanya kebakaran lahan dapat teratasi dengan baik, hampir tidak ada kasus kebakaran di perkebunan kepala sawit. GAPKI dan perusahaan anggotanya telah melakukan berbagai upaya mencegah terjadi kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di sekitar konsesi dengan pembentukan Desa Siaga Api diberbagai daerah dan sampai pada akhir 2017 telah tercatat lebih dari 572 Desa Siaga Api yang dibentuk oleh perusahaan anggota GAPKI dengan berbagai nama.

Menurut Joko, pelatihan antisipasi dan mitigasi karlahut juga dilaksanakan di berbagai daerah. Kegiatan ini akan terus ditingkat dan dilanjutkan untuk ke depannya.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!