SOLO,MENARA62.COM – Dampak pandemi Covid-19 menyasar sektor pendidikan. Berbagai aktivitas rutin yang melibatkan banyak aktivitas fisik, seperti pertemuan tatap muka di kelas, proses pembimbingan akademik, pertemuan formal dalam forum seminar, pengajian baksos dan lain sebagainya terhambat.
E-learning Schoology solusi yang digunakan membuat soal evaluasi akhir tema semester 2. Diharapkan dengan menggunkan E-learning Schoology mampu meningkatkan semangat belajar siswa dalam kegiatan belajar di rumah saat pandemic Virus Covid-19.
Inilah poin utama disampaikan praktisi komputer SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Lilik Haryono Skom dalam In House Training (IHT) bertajuk Buka Hati dan Pikiran untuk Peradaban, di Laboratorium Komputer dan Bahasa, Sabtu (9/5/2020).
“Secara umum media schoology memiliki nilai plus dalam proses belajar mengajar, khususnya di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta,” ungkap Lilik.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh Schoology di antaranya: Courses (Kursus), fasilitas untuk membuat kelas mata pelajaran, misal mata pelajaran Tematik, Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya, Groups (Kelompok), fasilitas untuk membuat kelompok, dan Resources (Sumber Belajar).
“Kelebihannya mudah diakses, fitur banyak, efektif dan efisien, submit tugas bisa dari mana saja. Pembelajaran E-learning berbasis schoology jadi lebih menarik dan cocok untuk pembelajaran siswa. Tentunya media ini juga memiliki kelemahan, tergantung pada sambungan internet, tidak ada internet maka pembelajaran tidak bisa berjalan,” tutur Lilik.
Manfaat inovasi teknologi terhadap dunia pendidikan semakin terasa di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di seluruh dunia.
Dihubungi terpisah, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Jatmiko menuturkan pelatihan semacam ini bisa membuat fresh dan mampu memberikan nilai positif dalam pengembangan kemampuan guru, khususnya SD Muh 1 Sekolah Rujukan Nasional terakreditasi Unggul.
KH Ahmad Dahlan pahlawan nasional pendiri Muhammadiyah telah ajarkan model menalar tentang Surat Al-Maun, membutuhkan waktu bertahun-tahun, sampai para peserta didiknya bisa memahami, setelah itu dipraktekkan, dan amalannya berbuah.
“Seseorang berbasis hafalan, bisa jadi belajar teknologi akan menjadi sesuatu yang menakutkan, karena teknologi tidak dapat dihafalkan. Belajar teknologi membutuhkan penalaran, dan penalaran harus dilatih sejak kecil saat masa anak-anak. Jadi keluarga, guru, dan murid merupakan satu tim untuk menyukseskan pendidikan, saatnya Akrabi teknologi,” ungkapnya.