MALAYSIA, MENARA62.COM – Gagasan membangun peradaban bangsa terus mengemuka di tengah kondisi dunia yang diliputi ketidakpastian akibat kerusakan tatanan global, termasuk tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung di Palestina akibat kebiadaban Israel. Dunia, menurut Sekretaris Jenderal MUI Dr. Amirsyah Tambunan, harus bangkit melawan segala bentuk kezaliman.
Pernyataan tersebut disampaikan Dr. Amirsyah Tambunan di sela Dialog Peradaban yang diinisiasi Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) bekerjasama dengan International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS) Malaysia bertempat di IKiM (Institut Kepahaman Islam Malaysia) pada 21–24 Agustus 2025.
Acara ini diresmikan oleh Perdana Menteri (Hal Ehwal Agama) Dato’ Setia Dr. Mohd Na’im Mokhtar, yang menegaskan bahwa konsep Madani yang diperkenalkan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim merupakan kelanjutan cita-cita para ulama dan cendekiawan Islam, dengan fokus pada pembentukan masyarakat berakhlak.
Dialog peradaban antarbangsa Indonesia–Malaysia ini dipimpin oleh Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin selaku pimpinan Delegasi sekaligus Ketua Pengarah CDCC. Dari Indonesia hadir sejumlah tokoh dan akademisi, antara lain Prof. Fasli Djalal, Prof. Dr. Siti Zuhroh, Prof. Dr. Amin Abdullah.
Sejumlah tokoh lain turut aktif memberikan gagasan, di antaranya Dr. Anwar Abbas (Wakil Ketua Umum MUI), Dr. Ahmad Fuad Fanani (Direktur CDCC), Rashda Diana, Andar Nubowo (CDCC), Syifa Fauzia (BKMT), Dr. Rahmat Hidayat (Sekjen DMI), Sabriati Aziz (Penasehat Muslimat Hidayatullah), Abd Aziz (Dewan Pertimbangan Hidayatullah), Pipip A. Rifai Hasan, Departemen Program Magister Studi Islam, Nurlaili, Mohamad Al Jufri, Al Khairat, Akhmad Sadeli Karim, Matla’ul Anwar, Yusnar Yusuf, Wantim PB Al Washliyah, Fariz Alnizar, Faisol Nasar Bin Madi, Ketum Al Irsyad Islamiyah, Khairan Muhammad Arif, sekjen ikadi, Syafiq Mughni, Ketua PP Muhammadiayah, Agus Wicaksono, Al Ittihadiyah,
Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI, Marfuah Mustofa, Wanitia Islam, Dr. Jeje Zainuddin, Ketua Umum Persisi, Nurhayati Ali Assegaf cendekiawan, Abdussomad, Brin, Al Makin, Dwi Budimanu Assiroji, Prof. Dr. M.Jafar Hafsah, Wakil Ketum ICMI, Monirah jafar, Any Setianingrum, Salmah Orbayinah ketum PP Aisiyah, Ahmad Suaedy ketua PB NU, Lukman Hakim Saifuddin, mantan Menag RI, Hajriyanto Y. Thohari Mantan Dubes RI di Lebanon, Nashirul Haq ketum Hidayatullah, M Hidayat Nur Wahid wakil Ketua MPR RI, Prof. Dr. Fasli Jalal, ketum Guppi, Dr. Muh. Zaitun Rasmin Ketum Wahdah Islamiyah, Prof. Dr. Jafar Hafsah, waketum ICMI Pusat, Monirah jafar, dan sejumlah tokoh lainnya, dan delegasi dari para cendekiawan Malaysia dan Indonesia secara keseluruhan berjumlah 99 orang
Dialog ini bertujuan memperkuat Majelis Cendekiawan Madani Malaysia–Indonesia (Malindo Madani). Dari pertemuan tersebut, lahir beberapa rekomendasi penting, antara lain:
Pertama, mempererat persahabatan dua negara serumpun yang memiliki kesamaan agama, bahasa, etnis, dan budaya; kedua, perlunya penguatan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi; ketiga, memperkokoh basis dakwah untuk mencerahkan dan mencerdaskan umat; keempat, mengembangkan keuangan dan bisnis berbasis nilai Islam demi kesejahteraan masyarakat Madani; kelima, menjaga tradisi Islam melalui penguatan etika dan akhlak Islam dalam keluarga serta Masyarakat, Melestarikan lingkungan hidup agar terhindar dari dampak pemanasan global; keenam, menjadikan nilai keadilan dan kebersamaan sebagai pilar utama pembangunan peradaban bangsa.
Dalam penekananya, Dr. Amirsyah menegaskan bahwa majunya suatu peradaban bangsa sangat ditentukan oleh etika dan moral yang tinggi. Sebaliknya, kehancuran peradaban bangsa menurunya etika dan moral. Ia mengutip pandangan para sejarawan bahwa peradaban dunia pernah mencapai puncaknya pada masa Golden Age of Islam (abad ke-8 hingga ke-14 M) di Spanyol. Pada masa itu, nilai-nilai Islam seperti keadilan, kejujuran, dan kebersamaan melahirkan kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan, kedokteran, astronomi, ekonomi, seni, filsafat, hingga pemerintahan, yang turut memengaruhi lahirnya Renaisans di Eropa.
“Sejarah kejayaan Islam ini menjadi akar peradaban dunia yang harus digilirkan kepada berbagai negara Madani. Majunya bangsa ditentukan oleh tegaknya peradaban yang berlandaskan nilai-nilai Islam,” pungkasnya.
