29.9 C
Jakarta

Sekretaris Dubes RI untuk Kazakhstan, Andi Zulkarnain Isi Workshop Guru Bahas Filsafat Pendidikan Islam

Baca Juga:

Jakarta – Sekretaris Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Kazakhstan dan Republik Tajikistan, Andi Zulkarnain, hadir sebagai pembicara utama dalam sebuah workshop guru yang diadakan di sekolah Al Falah BCCT Jakarta, Sabtu (13/9/2025). Acara yang diselenggarakan dengan penuh semangat tersebut dihadiri oleh para guru dan pemilik sekolah dari berbagai wilayah di Jabotabek.

Pada momen tersebut, Andi Zulkarnain yang diminta oleh panitia untuk menjelaskan tentang Filsafat Pendidikan Islam, menyampaikan bahwa fokus terpenting dari pendidikan adalah proses melatih nalar peserta didik. Menurutnya, yang paling utama adalah bagaimana melatih siswa untuk mempunyai cara berpikir yang baik.

“Sebagaimana dikatakan oleh Albert Einstein bahwa, pendidikan bukan hanya tentang belajar fakta tetapi juga melatih pikiran untuk berpikir,” jelas Andi.

Pentingnya melatih pikiran ini, lanjut Andi, menjadi jawaban atas fakta keluaran lembaga pendidikan yang justru kebingungan pasca lulus. Ia menyoroti perilaku lulusan yang kadang tidak rasional, seperti tidak menaati hukum, perilaku tidak disiplin, tidak membuang sampah pada tempatnya, dan tidak mematuhi rambu lalu lintas, yang menurutnya menjelaskan bahwa ada masalah dalam pendidikan kita.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Andi mengingatkan bahwa tanggung jawab pendidikan tidak bisa dibebankan pada satu pihak saja. Ia menyampaikan bahwa ada tiga pusat pendidikan sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara. “Yang pertama; orang tua atau keluarga, kemudian guru di sekolah, selanjutnya adalah masyarakat atau komunitas.” Ketiga pihak ini, tegasnya, harus saling melengkapi untuk terwujudnya suatu generasi emas.

Andi Zulkarnain, saat memaparkan filsafat pendidikan Islam kepada peserta yang merupakan guru dan pemilik sekolah di wilayah Jabodetabek.

Sinergi dari ketiga elemen tersebut merupakan ikhtiar yang mutlak diperlukan untuk sebuah perubahan, sejalan dengan firman Allah dalam Al Quran surah Ar-Ra’d ayat 11 bahwa sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum selain mereka yang mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Andi, yang juga pernah menjadi tim juru bicara Presiden Jokowi, menjelaskan bahwa ayat itu bermakna tidak akan berubah suatu kondisi, termasuk masalah alumni pendidikan yang kurang berkualitas, kurang disiplin, dan kurang jujur, selain kaum itu sendiri yang memperbaiki pendidikannya. “Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengubah manusia dan untuk itu harus dimulai dengan mengubah cara mendidiknya. Atas nama itulah forum workshop guru ini menjadi strategis,” ucapnya.

Upaya strategis dalam mengubah cara mendidik ini, menurutnya, sangat menentukan nasib peradaban, sebagaimana dikatakan oleh Confucius bahwa, “Jika Anda berpikir dalam satu tahun, tanamlah benih. Jika Anda berpikir dalam sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika Anda berpikir dalam seratus tahun, didiklah orang-orang.”

Mengacu pada kutipan tersebut, ia menegaskan bahwa tugas mendidik adalah tugas jangka panjang yang mulia.

“Olehnya itu, salah satu tugas besar suatu bangsa adalah bagaimana membuat orang mencintai dan bermimpi menjadi guru. Sebab harus ada orang dengan kualitas terbaik yang menjalankan tugas mulia tersebut,” papar Andi. Ia pun mendorong agar negara harus mencari solusi terbaik terkait isu kesejahteraan guru serta sistem pendidikan dan rekrutmen guru yang sesuai dengan konteks zaman.

Di akhir paparannya, Andi Zulkarnain mengingatkan peserta untuk memperhatikan kualitas dan kuantitas, melalui refleksi dari seorang pemikir Islam dari Mesir, Syeikh Muhammad Abduh yang pernah mengatakan, “Aku pergi ke barat, aku melihat Islam di sana, tapi tidak melihat muslim. Aku pergi ke timur, aku melihat muslim, tapi tidak melihat Islam.”

Ia menyimpulkan bahwa sangat penting melakukan internalisasi nilai-nilai universal.

“Nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, kemanusiaan, dan kebenaran harus terinternalisasi dengan baik ke dalam diri seorang muslim sehingga setiap muslim bisa menjadi percikan cahaya dalam menerangi peradaban,” jelasnya.

Sebagai contoh nyata internalisasi nilai, Andi yang sudah menetap di Astana Kazakhstan selama 4 tahun, menguraikan konsep pendidikan di negara tersebut yang menggabungkan teori dan praktek. Ia menyebut, anak SD di sana belajar teori menyeberang dan juga langsung praktek bersama guru, yang membuat masyarakat Kazakhstan yang 80% muslim bisa hidup disiplin dan selalu mematuhi hukum, termasuk aturan berlalu lintas, di mana saat ini Kazakhstan menjadi negara terkaya di Eurasia dengan pendapatan perkapita sekitar 15.000 USD.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!