Jauh dari keramaian, saat berada di kecamatan Paiker, Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan, kabar mengagetkan itu datang. Innalilahi wa’inna ilahi raji’un, telah meninggal dunia Prof Suyatno, bendahara umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Belum berapa lama sebelumnya, dapat kabar jika mantan rektor Universitas Muhammadiyah Bandung dan Universitas Muhammadiyah Hamka Jakarta ini, dirawat setelah sebelumnya menjalani operasi.
Tadi pagi, kabar “mohon doanya untuk Prof Suyatno. Hari ini sudah pakai ventilator. Kanker darahnya stadium berat. Bersifat akut, proses terjadi begitu cepat hitungan minggu. Semoga Allah memberikan yang terbaik”. Siang ini, Allah memanggil Prof Suyatno.
Sosok yang selalu ramah, penuh canda dan seperti tidak pernah punya beban, serta selalu memberikan solusi terbaik ini, lebih di sayang Allah SWT.
Suatu ketika, almarhum Prof Yatno menelepon, mas nanti bantu saya di Bandung. Bantu untuk menggaungkan Universitas Muhammadiyah Bandung, yang ketika itu bangunan megahnya belum berdiri. “Saya akan jadikan yang terbaik di Bandung, dan Jawa Barat,” tekadnya. “Ini baru sebagai pembuka, nantinya kita kejar terbaik nasional, mahasiswanya berkualitas, punya kompetensi yang dibutuhkan bukan hanya dunia kerja, tetapi bisa menjadi kebanggaan bangsa,” ujarnya.
Prof, insya Allah saya dan teman-teman akan membantu. Sempat ikut merancang ruang humas dan sejumlah rencana pengembangan promosi. Sebagian rencana sempat berjalan, dan masih banyak lagi yang perlu banyak perubahan karena Pandemi Covid-19.
Atas kehendak Allah semoga semua akan tiba waktunya untuk terealisasi. Namun, almarhum Prof Yatno, dalam dua tahun terakhir memilih PAN menjadi tempat berkhidmat. Almarhum punya pekerjaan rumah yang besar, menjadi ketua DPW PAN Jawa Tengah, yang pada pemilu lalu, gagal menempatkan kadernya di DPR RI.
Semua rencana sudah disusun, bahkan ada sejumlah langkah yang mulai digarap, namun Allah punya kehendak lain. Semoga rencana baik, dan pemikiran berkemajuan prof Yatno bisa terealisasi. Selamat jalan prof…