Oleh : Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd. *)
BANDUNG, MENARA62.COM – Ada banyak kisah mengharukan di balik tulisan di karangan bunga yang sedang viral ini, entah siapa ketua umumnya dan entah siapa yang membuat. Mohon izin untuk saya berfoto di sampingnya. Karena memang cukup menggelitik dan nyata memang bahwa perjuangan seorang istri di luar rumah tidak mungkin terwujud tanpa dukungan dan ridho suami.
Jangan kesibukanmu di dapur membuatmu lupa berdakwah di masyarakat ini adalah pesan yang begitu jelas bagi perempuan dari KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
Jangan banyak beralasan ketika diberi tugas untuk ummat, itu bagian dari tanggungjawab kita kepada masyarakat. Bagaimana peradaban bangsa akan terbentuk jika perempuan tidak berkiprah.
Muktamar Nasyiatul ‘Aisyiyah ke-14 di Bandung ini adalah periode Muktamar yang terakhir saya ikuti sebagai Ketua PDNA, karena usia sudah expired. Perhelatan akbar ini tentunya menjadi ajang silaturahmi dan melepas rindu yang terpendam selama pandemi dua tahun lalu.
Nasyiatul ‘Aisyiyah adalah taman yang indah bagi saya, tempat mendidik diri setiap hari, tanpa kenal lelah bergerak bersama perempuan muda dengan segenap dinamikanya. Anggota NA meliputi remaja, mahasiswa, ibu rumah tangga baik yang sedang hamil, mempunyai anak balita, anak SD dst. Tentunya tidak mudah berperan menjadi ibu rumah tangga sekaligus aktivis pergerakan perempuan Nasyiatul ‘Aisyiyah. Karena dibutuhkan kemampuan membagi waktu untuk mengurus putra putrinya yang masih kecil, mengurus rumah tangganya dan sekaligus berbakti pada suami. Di sisi lain perannya di luar rumah sangat ditunggu oleh masyarakat. Perempuan sebagai pengayom dan penggerak kebaikan di tengah masyarakat.
Disinilah peran suami nyata adanya. Teringat bagaimana ketika anak-anak masih kecil, dengan membonceng motor kami bawa saat saat harus dibawa ke luar rumah. Di saat itulah suami mendampingi dan mengambil alih tugas untuk mendampingi anak-anak. Ketika kondisi tidak memungkinkan untuk dibawa, maka suami dengan tegas mengatakan: “berangkatlah anak anak bersamaku. Masyarakat menunggu kiprahmu. Berkiprahlah untuk berperan mengukir sejarah peradaban, aku ridho. Semoga Allah Allah pun meridhoi”.
Dukungan yang kuat biasa ini tentu tidak lahir begitu saja, dibutuhkan kesepakatan sejak awal pernikahan. Bagaimana membangun kolaborasi dakwah di dalam keluarga. Masing- masing berperan dan bersinergi untuk fastabiqul khoirot. Menciptakan atmosfer positif di dalam keluarga agar semua keluarga menjadi pelaku kebaikan. Dibutuhkan komitmen untuk menomorsatukan keluarga, kemudian juga selalu berkiprah di tengah masyarakat.
Peradaban tidak akan pernah terwujud tanpa perempuan. Perempuan tidak akan pernah bisa bergerak optimal untuk menguatkan peradaban tanpa dukungan suami dan anak anak. Selalu menguatkan kepribadian diri sebagai perempuan dengan mendidik diri setiap hari, kemuliaan Islam dicari, bekerja digemari seperti lantunan Mars NA.
Saya memang tidak berbuat banyak untuk Nasyiatul ‘Aisyiyah, justru saya sangat bersyukur menjadi bagian dari NA. Taman indah para perempuan muda berkemajuan, taman untuk mengukir kepribadian diri, taman untuk bergembira dan berbahagia tiap hari, taman yang menyejukkan hati dan menyegarkan jiwa, taman terindah yang tidak akan pernah kulupa. Sebentar lagi waktuku sudah habis berkhidmat di NA, rasanya haru dan juga gembira. Rasa haru dengan berderainya air mata di tengah ajang muktamar NA ke-14 ini mewakili rasa hati yang begitu cinta pada Nasyiatul ‘Aisyiyah
Nasyiatul ‘Aisyiyah
Engkau adalah tamanku
Taman untuk mendidik diriku
Taman untuk selalu bergembira
I love you full NA
Semoga Allah mudahkan langkah dakwah berikutnya. Berdakwah di etape berikutnya yaitu berkiprah bersama ‘Aisyiyah untuk melanjutkan tranformasi dakwah perempuan berkemajuan, memajukan peradaban bangsa. Tidak boleh berhenti, karena hidup itu hanya sekali, berbuatlah yang berarti.
*)Ketua PDNA Kabupaten Purworejo