JAKARTA, MENARA62.COM — Javan Rhino Expedition (JRE) dari PT Storia Suksesindo Projekta adalah sebuah kegiatan yang digagas oleh sekelompok anak muda pecinta konservasi sebagai upaya penyadartahuan terhadap konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon dan masyarakat lokal di desa penyangga TNUK melalui ekspedisi dokumentasi fotografi, jurnal, dan videografi. JRE mengemban misi sebagai jembatan informasi kepada masyarakat awam terhadap kondisi badak Jawa dan masyarakat lokal di Ujung Kulon.
Bertepatan dengan World Rhino Day (WRD) atau Hari Badak Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 22 September, JRE bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan didukung oleh mitra media dari National Geographic Indonesia, Travelink,komunitas Indonesia Wildlife Photography, komunitas Photography From Home, Rumah Tukik dan Yayasan Matahati Cakra Hadiraksa serta kampus Universitas Tarumanagara Jakarta, merayakan dengan meluncurkan hasil karya ekspedisi yang juga bertepatan dengan setahun perjalanan kegiatan JRE yang menyoroti upaya konservasi badak Jawa. Ini adalah momentum peringatan akan upaya konservasi badak di dunia.
Seperti yang kita ketahui, kelima jenis badak yang tersisa di dunia merupakan satwa terancam punah, dan dua dari kelima jenis badak tersebut berada di Indonesia, yaitu Badak Sumatera dan Badak Jawa. Berbeda dengan Badak Sumatera yang kantong populasinya tersebar di beberapa provinsi yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan, Badak Jawa hanya memiliki satu habitat di dunia yaitu Taman Nasional Ujung Kulon setelah subspesiesnya dinyatakan punah di Vietnam pada tahun 2010. Saat ini, berdasarkan data Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Agustus 2020, populasi Badak Jawa yang tersisa hanya 74 ekor saja. Berbagai macam ancaman mengintai badak maupun “rumah terakhirnya”. Beberapa masalah yang teridentifikasi seperti ancaman bencana alam, distribusi pakan yang menurun, ancaman penyakit, dan menurunnya kualitas genetik dihadapi badak bercula satu ini.
Ekspedisi Badak Jawa
Ekspedisi ini bertujuan untuk mendokumentasikan cerita tentang proses menemukan Badak Jawa di habitat terakhirnya, dan merekam sudut pandang inspiratif dunia konservasi baik dari masyarakat ataupun lembaga ke dalam bentuk tulisan, foto, dan film dokumenter. Karya yang lahir dari ekspedisi ini kemudian dapat digunakan untuk kegiatan kampanye dan penyadartahuan tentang konservasi Badak Jawa untuk masyarakat luas. Pada masa digital, media fotografi dan video dianggap sebagai media yang tepat untuk menarasikan perjalanan ekspedisi dan penyampaian pesan konservasi untuk masyarakat umum. Hal ini dikarenakan gaung penyebarluasan materi yang tertangkap melalui kedua platform tersebut dapat bersifat masif dan viral, yang merupakan inti dari momentum sebuah peringatan.
Kepala Balai TNUK, Ir. Anggodo, M.M., menyatakan bahwa Badak Jawa hanya dapat ditemukan di Semenanjung Ujung Kulon dan untuk melihat langsung diperlukan izin khusus sehingga tidak akan mengganggu perilaku dan habitatnya, serta selama melaksanakan ekspedisi diperlukan kehati-hatian. “Kami menyambut baik dan kami sangat mendukung kegiatan ekspedisi ini dan berharap bahwa kegiatan ini akan meningkatkan atensi masyarakat terhadap upaya konservasi Badak Jawa, baik yang dilakukan oleh lembaga maupun masyarakat luas dalam bentuk kampanye penyadartahuan. Kampanye penyadartahuan konservasi Badak Jawa merupakan bagian yang penting untuk keberlanjutan program pelestarian Badak Jawa karena masyarakat luas akan terus diingatkan akan kegentingan upaya penyelamatan Badak Jawa sehingga mereka diharapkan dapat berperan aktif untuk mendukung upaya konservasi Badak Jawa,” pungkas Anggodo (22/9/2020). (*)