31.7 C
Jakarta

Semua Perguruan Tinggi Dipastikan Mampu beradaptasi Gunakan Teknologi Pembelajaran

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nizam mengatakan kinerja pendidikan tinggi pada 2020 berada dalam keadaan yang tidak pernah terpikir sebelumnya, di mana tantangan dan perubahan datang sangat cepat, situasi tak pasti, atau yang biasa disebut dengan era volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity (VUCA). Dalam situasi seperti itu, insan dikti dituntut mampu beradaptasi menggunakan kreativitas dan inovasi dalam waktu amat pendek. Terutama adaptasi dalam pemanfaatan teknologi.

“Saya bisa sampaikan, 100% perguruan tinggi kita dapat beradaptasi menggunakan teknologi dalam pembelajaran, hanya dalam waktu satu bulan setelah Mas Menteri mengeluarkan surat edaran. Survei awal kami menunjukkan 98% perguruan tinggi menggunakan teknologi untuk Belajar Dari Rumah (BDR), tentu dengan berbagai macam kekurangan dan persiapan yang belum sempurna. Tapi, dengan semangat adaptasi tinggi dan gotong royong luar biasa dari dosen, mahasiswa, dan kesungguhan pimpinan perguruan tinggi, maka pembelajaran bisa terus berlangsung hingga hari ini,” tutur Dirjen Nizam dalam siaran persnya, Kamis (24/12/2020).

Selain itu, menurut Dirjen Nizam, adaptasi aspek penelitian dan pengabdian masyarakat juga terjadi dengan pesat. Ada lebih dari 1.600 lebih invensi dan inovasi yang lahir dari perguruan tinggi selama masa pandemi.

“Pengabdian masyarakat juga tidak pernah surut meski di tengah pandemi, dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang dilakukan banyak kampus, Kampus Mengajar Perintis yang batch pertamanya baru kami tarik, Mahasiswa Mengajar dari Rumah untuk membantu adik-adik SD dan SMP melakukan Belajar dari Rumah (BDR), semuanya sudah berjalan baik dengan semangat kerelawanan dan gotong royong yang luar biasa,” urai Nizam.

Ia juga menyebut, relawan nasional untuk mitigasi pandemi Covid-19, melalui Relawan Covid-19 Nasional (RECON), dimana belasan ribu mahasiswa bidang kesehatan bergerak membantu pemerintah daerah dan masyarakat menangani Covid-19 lewat komunikasi, informasi, dan edukasi. Selain itu, layanan pendidikan tinggi pun tetap berjalan di masa pandemi, seperti layanan kenaikan pangkat, perubahan dan pengusulan program studi baru, penggabungan perguruan tinggi, layanan-layanan untuk kelulusan mahasiswa, layanan akreditasi, serta layanan lainnya.

“Selama tahun 2020 ini, sekitar 15 ribu usulan kenaikan pangkat sudah diproses dan banyak yang sudah naik pangkat. Layanan-layanan lainnya pun terus berjalan dengan segala keterbatasan dan semuanya beralih kepada teknologi informasi,” jelasnya.

Nizam juga mengapresiasi sekitar 95% perguruan tinggi yang telah memperbaharui basis data masing-masing di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD-Dikti). Meskipun begitu, ia mengingatkan sejumlah perguruan tinggi yang pembaharuan datanya masih di bawah 70% untuk segera menyelesaikannya.

“Kami imbau, karena data adalah dasar utama kami membuat kebijakan perencanaan dan pengembangan ke depan,” pinta Nizam.

Nizam juga memastikan bahwa pembelajaran tetap berjalan baik dengan segala keterbatasannya. Salah satu bantuan finansial yang dilakukan Kemendikbud melalui Ditjen Dikti adalah keringanan Bantuan Uang Kuliah bagi mahasiswa yang terkendala masalah ekonomi.

“Lebih dari 430 ribu mahasiswa mendapat Bantuan Uang Kuliah, di samping Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Beasiswa Bidikmisi yang jumlahnya juga sekitar 400 ribu,” tambah Nizam.

Bantuan kuota internet untuk pembelajaran pendidikan tinggi pun merupakan salah satu respon cepat Kemendikbud di tengah pandemi yang masih melanda Indonesia. “Kuota telah disalurkan kepada lebih dari lima juta mahasiswa di semester ini,” tuturnya.

Sementara itu Nizam memastikan bahwa Kampus Merdeka Merdeka Belajar sebagai transformasi pendidikan yang tengah diusung Ditjen Dikti Kemendikbud akan tetap dikedepankan di 2021.

“Saya berharap mahasiswa kita lulus sebagai sarjana-sarjana unggul yang siap masuk dunia kerja dan menciptakan lapangan kerja. Berbagai program kewirausahaan kita dorong, baik selama pandemi maupun ke depannya. Kami juga menggiatkan program pertukaran mahasiswa antar perguruan tinggi yang harus kita perluas jangkauan dan pesertanya,” kata Nizam.

Ia juga menekankan pentingnya program-program micro-credentials, di mana mahasiswa dapat berusaha mendapatkan kompetensi-kompetensi tambahan yang sangat diperlukan di era revolusi industri keempat, seperti artificial intelligence, machine learning, UI-UX, deep learning, serta program-program perencanaan dan pengembangan aplikasi-aplikasi digital lainnya.

“Tahun depan, kita harap ada 10 ribu mahasiswa akan mendapat micro-credentials yang sangat dibutuhkan di abad 21, melalui berbagai kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi kelas dunia, industri, dan lembaga-lembaga bertaraf internasional lainnya. Dengan cara ini, SDM Unggul Indonesia Maju benar-benar bisa kita hasilkan dari perguruan tinggi,” ujar Nizam.

Ditjen Dikti juga mengemas berbagai program untuk para dosen, di mana dosen dapat magang di industri maupun lembaga riset dan mitra-mitra perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. “Kita juga meluncurkan program pendanaan berbasis sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia industri, melalui matching fund atau pendanaan dana pendamping bagi industri yang akan memanfaatkan inovasi dari perguruan tinggi. Ini kita dorong supaya perguruan tinggi bisa mewarnai kemajuan industri kita serta mendorong pengembangan dan pemanfaatan teknologi di masyarakat. Kita siapkan Rp 250 miliar untuk tahun 2021,” jelasnya.

Matching fund, lanjut Nizam, juga dapat diikuti seluruh insan pendidikan tinggi, baik dosen dan mahasiswa melalui platform Kedaireka.

“Selain itu, melalui Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM), di mana perguruan tinggi kita dorong untuk bertransformasi menjadi lebih agile dan adaptif terhadap perubahan, berorientasi pada masa depan dengan berbagai program studi yang bermitra erat dengan perusahaan kelas dunia dan mitra perguruan tinggi kelas dunia. Kita lihat, tahun 2020 perguruan tinggi nasional peringkatnya terus naik di pemeringkatan internasional. Walau peringkat bukan tujuan, tetapi pengakuan internasional juga penting untuk kemajuan perguruan tinggi dan membangun optimisme, supaya kita makin semangat meningkatkan mutu terbaik bagi mahasiswa dan masyarakat,” kata Nizam.

Adapun Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) akan digelar tahun depan dengan dana Rp 500 miliar, untuk mendorong program studi-program studi (prodi-prodi) menjadi prodi-prodi 4.0 yang lebih adaptif dan sinergis dengan kebutuhan dunia kerja.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!