ACEH, MENARA62.COM — PLN melalui anak perusahaannya PT Pembangkitan Jawa-Bali (PT PJB), memulai pembangunan Mobile Power Plant (MPP) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Aceh Fase I (satu) 50 Megawatt (MW). Rencana itu ditandai dengan peletakkan batu pertama di Desa Ladong, Kabupaten Aceh Besar, Aceh(4/1/2018).
Ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada tanggal 27 September 2017 antara PLN dengan PT PJB.
Kegiatan peletakkan batu pertama ini, dilakukan oleh Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah didampingi oleh Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera, Supriyadi, Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara, General Manager PT PLN (Persero) UIP Pembangkit Sumatera, Weddy B Sudirman; General Manager Wilayah Aceh Jefri Rosiadi, Direktur Utama PT Rekadaya Elektrika (PT RE), Harjono.
MPP Aceh merupakan proyek MPP pertama bagi PJB di regional Sumatera. MPP Aceh akan dibangun di atas lahan seluas 4,7 hektare yang akan mampu meningkatkan tegangan yang sebelumnya sebesar 128 kV menjadi 149 kV pada sistem kelistrikan Sumatera. Dengan menggunakan suplai gas dari Arun.
“Pembangunan MPP tahap pertama dengan kapasitas 50 MW. Segera disusul kapasitas tahap 2 dengan kapasitas lebih besar, 100 MW. Total akan ada 150 MW,” Ungkap Direktur Utama PJB Iwan Agung Firstantara
MPP Aceh merupakan proyek yang dibangun sebagai pelaksanaan program kelistrikan 35.000 MW. Yang mana dibangun guna meningkatkan rasio elektrifikasi daerah terpencil dengan konsep mesin yang mudah dipindah-pindahkan (mobile), pengoperasian yang ramah lingkungan, dan pembangunan dalam waktu yang singkat.
Dalam sambutannya, Kepala Divisi Operasi Regional Sumatera, Supriyadi menjelaskan bahwa kondisi sistem ketenagalistrikan di Aceh masih perlu mendapat perhatian meskipun daya mampu mencukupi, terutama jika terjadi gangguan atas beberapa unit pembangkit.
“Insyaallah kapasitas pembangkit di Aceh sudah lebih dari cukup. Akan tetapi karena sistem ketenagalistrikan di Aceh terkoneksi dengan sistem ketenagalistrikan Sumatera Bagian Utara, sehingga apabila terjadi gangguan di daerah lain, maka sebagian pasokan listrik dari Aceh juga dipergunakan untuk memasok daerah lain, begitupun sebaliknya,” ujar Supriyadi
Pembangunan Mobile Power Plant Banda Aceh selain untuk memperkuat sistem ketenagalistrikan di Aceh, juga untuk memperkuat sistem ketenagalistrikan Sumatera bagian Utara.
“Saya sangat bersyukut atas dibangunnya MPP Aceh dan diharapkan bisa meningkatkan kualitas pasokan listrik dan keandalan serta antisipasi pertumbuhan beban pada sistem kelistrikan Aceh sehingga bisa menarik kehadiran para investor untuk membangun industrinya di Aceh,” ungkap Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah dalam sambutannya.
Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek ini sangat tinggi karena akan melibatkan tiga Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) dalam memproduksi komponen mesin melalui transfer knowledge dari pemilik teknologi, serta proses Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) yang akan dilaksanakan oleh anak usaha PJB, yaitu PT Rekadaya Elektrika (RE). RE mampu melakukan feasibility study hingga availability and improvement program yang dilakukan oleh putra-putri Indonesia yang mendukung sumber daya dalam negeri yang tinggi.
Saat ini, untuk menopang beban di Aceh dan sekitarnya, PJB juga telah mengoperasikan PLTMG Arun dengan kapasitas 184 MW. Untuk operasionalnya, dari total 104 pegawai 85 diantaranya merupakan putera daerah asli Aceh. Selain itu pula tenaga pendukung lainnya 100% merupakan warga lokal Aceh.
Selain di Aceh, PJB juga mendapat penugasan dari PLN untuk menyelesaikan proyek MPP di 5 lokasi Indonesia lainnya, yaitu Sumatera, Sulawesi, Maluku, Jawa Bagian Timur dan Bali, serta Papua dengan kapasitas total sebesar 500 MW.