JAKARTA, MENARA62.COM – Gerakan Guru Cerdas (Garudas) resmi diluncurkan oleh Pemprov DKI Jakarta, Kamis (8/4/2021). Peluncuran Garudas yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana mewakili Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan secara daring tersebut merupakan sebuah gerakan bersama untuk mempersiapkan guru-guru di DKI Jakarta untuk menjalankan proses pembelajaran tatap muka secara terbatas (hybrid learning) pada bulan Juli 2021.
Hal ini merupakan langkah cepat dan tanggap dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyikapi keluarnya Surat Keputusan Bersama Empat Menteri (SKB 4 Menteri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang dikeluarkan pada akhir bulan Maret yang lalu. Dalam SKB 4 Menteri tersebut, pemerintah pusat mengharapkan agar pembelajaran tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran baru 2021/2022 setelah para pendidik tuntas divaksin. Langkah tersebut diambil untuk menekan adanya learning loss dari peserta didik di Indonesia.
“Kami sangat mengapresiasi gerakan Guru Cerdas sebagain bagian dari upaya menumbuhkan motivasi kepada guru-guru kita,” kata Nahdiana dalam sambutannya.
Diakui sejak Oktober 2020, Pemprov DKI Jakarta sebenarnya telah melakukan persiapan untuk melakukan pembelajaran tatap muka yang tidak seperti biasanya atau disebut blended learning. Yakni metode pembelajaran kombinasi antara daring dan luring.
“Oktober tahun lalu kita sudah mulai siapkan, tidak hanya infrastrukturnya tetapi juga guru-gurunya termasuk orangtua,” tambah Nahdiana.
Nahdiana mengatakan tidak mudah bagi guru untuk melakukan layanan pendidikan di masa pandemi. Mereka harus sipa melakukan pengajaran dengan dua metode yakni luring dan daring. Itu sebabnya, perlu penguatan mental dan niat guru agar transfer ilmu pengetahuan dapat berjalan dengan baik.
DKI Jakarta sendiri memiliki sekitar 82 ribu guru yang tersebar di 8.000 entitas sekolah. Dengan jumlah yang cukup besar tersebut tentu Dinas Pendidikan DKI Jakarta membutuhkan metode yang tepat untuk memberikan update metode pengajaran dan pengetahuan kepada para guru agar siap menghadapi era perubahan akibat pandemi Covid-19.
Program Garudas itu sendiri berlaku untuk semua guru baik mereka yang di sekolah negeri maupun swasta, baik di sekolah umum dibawah koordinasi Dinas Pendidikan maupun madrasah dibawah koordinasi Kanwil Kementerian Agama.
Gerakan Guru Cerdas merupakan bentuk kepedulian bersama dengan tujuan untuk membekali para pendidik di wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru yaitu pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran sekaligus kompetensi dasar/capaian pembelajarannya, memanfaatkan teknologi digital dalam berproses, memberikan menu yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik sesuai dengan minat/bakatnya. Tujuannya untuk menumbuhkan karakter yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, mandiri, gotong-royong, bernalar kritis, komunikatif, kreatif, memahami kebhinekaan dan berwawasan global.
Gerakan ini diinisiasi dan merupakan kolaborasi dari Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS), Vox Populi Institute Indonesia, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, yang didukung oleh mitra-mitra seperti Epson, Microsoft, Link Net, Rumah Juara, dan Pandi.id.
Melalui Garudas, lanjut Nahdiana, para guru disiapkan untuk menghasilkan beraneka ragam portofolio siswa, dan diakhir kegiatan ini, mereka akan mendapatkan sertifikat pelatihan selama 96 (Sembilan puluh enam) jam pertemuan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.”
Gerakan ini sangat terbuka dan transparan, siapapun pendidik di wilayah DKI Jakarta dapat ikut serta baik di madrasah maupun sekolah, motor penggeraknya sudah tidak diragukan lagi.
“Tapi yang paling menggembirakan adalah gerakan ini merupakan gerakan bersama sehingga tidak membebani pihak manapun baik dari segi anggaran, waktu, maupun energi, karena seluruhnya dilaksanakan secara daring dan sangat fleksibel. Saya sudah melihat sendiri hasil kerja Pak Indra Charismiadji dalam membimbing para guru, pembelajaran menjadi menarik dan bermakna,” tambah Nur Pawaidudin, Kabid Madrasah Kanwil Kemenag DKI Jakarta
Paradigma Baru Pendidikan
Pakar pendidikan Indra Charismiadji, sebagai salah satu penggagas Gerakan Guru Cerdas (Garudas) mengatakan, sangatlah berbahaya jika penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara terbatas di bulan Juli hanya menggantungkan diri pada vaksinasi para pendidik.
“Kita semua wajib optimis bahwa vaksin akan bekerja dengan baik, tetapi kita juga harus siap dengan kemungkinan terburuk. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas akan menimbulkan masalah baru karena pendidik dituntut untuk mengajar dengan 2 (dua) model secara bersamaan yaitu daring dan luring. Sedangkan kita tahu untuk satu model daring saja para guru sangat kewalahan. Untuk itu mereka harus diberikan pembekalan pedagogi digital dan dibimbing untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru,” kata Indra ynag juga Direktur Pendidikan Vox Populi Institute Indonesia.
Diakui Indra, selama PJJ berlangsung, pihaknya sudah berhasil mentransformasi banyak sekolah untuk mengimplementasikan pembelajaran dengan paradigma baru. Sehingga Learning Loss yang sering disebut oleh Kemendikbud dapat diubah menjadi Learning Gain.
“Bukti sudah banyak, bisa dilihat di channel YouTube Pendidikan Vox Point, tinggal sekarang diduplikasi secara terstruktur, masif, dan sistematis di satu provinsi yang kebetulan tidak ada kendala dengan jaringan. Semoga semua dapat berjalan dengan lancar dan mohon dukungan semua pihak. Semua ini demi generasi penerus bangsa. Pandemi tidak pandemi mereka tetap harus dididik dengan baik dan sesuai dengan zamannya. Kalau Kemendikbud tidak bergerak, kami harus proaktif melakukan perubahan. Jika di DKI sukses, maka akan diimplementasikan di daerah-daerah lain,” imbuh Indra.
Menurut Indra dibutuhkan waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan untuk mengubah mindset dan kebiasan para guru. “Jadi kegiatan ini digenapkan menjadi seratus hari dari awal April sampai pertengahan Agustus. Para guru akan dibagi menjadi 6 (enam) kelompok (batch) berdasarkan tingkat sekolah yaitu KB-TK, SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, SMP, SMA, dan SMK,” tukas Indra.
Gerakan ini merupakan gerakan bersama yang sama sekali tidak menggunakan APBN, tidak menggunakan APBD, tidak menggunakan dana sekolah / guru, tidak ada pungutan sama sekali. Semuanya dilaksanakan secara pro bono, hanya didukung oleh para donatur serta relawan yang sangat peduli dengan peningkatan mutu pendidikan dan menghindari adanya Lost Generation akibat pengelolaan pendidikan yang semrawut selama pandemi.