Bagi masyarakat Solo, Surakarta Jawa Tengah, umumnya mengenal SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta. Banyak alasan mengapa sekolah yang terletak di jalan kartini No. 1 Ketelan, Kecamatan Banjarsari Surakarta ini dikenal masyarakat. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1935. Orang tua wali murid menyekolahkan anak-anaknya di SD Muhammadiyah 1 mempunyai motivasi agar anak-anaknya lebih terjaga agamanya serta berkarakter.
Mereka menyekolahkan anak-anaknya di SD Muhammadiyah 1 Ketelan diantaranya karena pelajaran agama Islam di sekolah ini memang mempunyai nilai lebih dibanding sekolah-sekolah yang lain. Selain pelajaran teoritis yang dilaksanakan di dalam kelas, juga melalui pelajaran praktis tiap harinya.
“Pendek kata, tiada hari tanpa pelajaran agama dan penguatan pendidikan karakter. Praktik baik, Budaya 5 S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun) di mana setiap kali bertemu antar guru, antar siswa dan guru, maupun antar semua tamu yang masuk ke lingkungan sekolah dan budaya antri menjadi kebiasaan,” ujar Sri Sayaketi SPd MPd, kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan, di Solo, Senin (31/7/2017).
Karena memang tujuan sekolah ini, menurut Sri Sayaketi, menghasilkan anak shalih, sesuai visi kami membentuk lembaga pendidikan unggul kompetitif dengan sumber daya insani yang berakhlaq mulia, berkarakter utama, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehat, dan peduli lingkungan hidup.
Seperti yang diperlihatkan Senin lalu, ratusan siswa-siswi SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta sedang melaksanakan budaya antri santap siang. Jika ingin anak memiliki perilaku yang baik di lingkungan sekolah atau keluarga, itu harus dimulai dari diri sendiri maupun keteladanan guru maupun orangtuanya terlebih dahulu. Jadi, bila orangtua terbiasa memberkan contoh keteladanan pada putra-putrinya, tidak mustahil anak pun bisa mengcopy paste perangai yang serupa.
“Mengawali membiasakan anak untuk budaya antri, mengucapkan kata “Tolong”, “Terima Kasih”, “Permisi”, dan “Maaf”. Ajarkan anak bila ingin melakukan sesuatu pada orang lain, ungkapkan dengan gaya bicara yang santun. Sebab, salah gaya bicara bisa membuat anak terkesan kurang nyaman. Kebiasaan lain yang harus dilatih pada siswa sejak dini adalah budaya antri, seperti antri santap siang, antri mencuci piring, antri berwudhu, antri berjabat tangan, dan sebagainya.
Mungkin, bagi sebagian orangtua menanamkan kesadaran mengantri dianggap sepele. Padahal, dalam pembiasaan antri ini, mampu menumbuhkankembangkan sifat sabar, tertib aturan, dan membentuk pola kebiasaan menghargai hak orang lain. Selain itu, kebiasaan mengantri juga mampu merangsang simpati empati anak, misalnya dengan memberikan tempatnya kepada orang lansia. ”Ing Ngarsa Sung Tuladha,” ujar Parimin Tejo Pramono, SPd MPd, Wali kelas 5B, SD Muhammadiyah 1 Ketelan.