Oleh : Ashari, SIP*
Setiap perintah dari Allah SWT selalu mengandung hikmah. Begitu juga sebaliknya, setiap larangan kepada manusia, juga ada manfaatnya. Karena keterbatasan manusia saja kadang yang tidak dapat menangkap setiap pelajaran dibalik perintah. Termasuk perintah bersiwak (gosok gigi) setiap kali berwudhu. Rasulullah Saw, berdasarkan hadits riwayat Bukhari-Muslim, pernah bersabda : “Andai saja tidak memberatkan umatku, maka aku perintahkan bersiwak, setiap kali mereka wudhu,”.
Dalam riwayat yang lain dijelaskan, bahwa sholat dua rakaat dengan siwak lebih utama tujuh puluh kali sholat tanpa siwak (Daaruth Quthni). Bersiwak itu adalah pembersih mulut, di dalam siwak ada keridhaan Allah dan penerang penglihatan (Bukhari Muslim).
Kurang apa coba? Namun dalam realitasnya tidak banyak diantara kita yang menyempatkan diri untuk bersiwak ketika mau wudhu untuk sholat. Rupanya Rasul paham benar dengan umatnya, maka dijelaskan “Seandainya tidak memberatkan”. Namun bagaimana kalau kata-kata itu kita ubah dengan persepsi, bahwa itu adalah bagian dari sunah yang baik untuk kita kerjakan. Awalnya mungkin berat, seperti narik bambu dari ujung, namun kalau sudah menjadi sebuah kebiasaan, yakinlah akhirnya akan menjadi mudah dan membentuk karakter diri.
Bersiwak saat wudhu, yang dirasakan awalnya bisa jadi awalnya ribet, repot dan sebagainya. Namun kalau sudah tahu manfaatnya, keribetan itu akan hilang dengan sendirinya. Bahkan akhirnya, kita akan merasa kurang lengkap jika berwudhu tanpa siwak. Di Arab ( Mekkah dan Madinah), sepenglihatan penulis, siwak sudah menjadi kultur. Bahkan mereka sudah terbiasa kemana-mana membawa sebatang kayu siwak yang mereka gunakan untuk menggosok gigi setiap saat tanpa air. Siwak (disini : sikat gigi), dijual sangat murah. Mudah didapat.
Faedah Bersiwak
Orang berat melakukan kebaikan, kadang hanya karena belum tahu manfaat atau faedahnya saja. Tapi kalau sudah tahu, bisa jadi kita akan ketagihan jika tidak melakukannya. Sebut misalnya sholat subuh berjamaah di masjid. Didera oleh dingin, sakit, malas dan penyebab lain orang enggan subuh berjamaah di masjid, padahal pahala besar sekali. Dua rakaat sebelum subuh, kata Nabi lebih besar pahalanya jika dibanding dunia seisinya. Bayangkan? Begitu juga bersiwak. Menurut para ulama sampai menjelaskan ada 70 keutamaan. Kita sampaikan 3 macam saja.
Pertama. Bersiwak Menjadikan fasih dalam membaca dan berbicara. Langsung saja kita dapat rasakan, bagaimana kalau dalam mulut kita kotor, banyak makanan tersisa diantara gigi, maka yang terjadi adalah kita akan kurang percaya diri (pd) dalam berbicara. Bahkan konon sampai ketika kita membaca pun menjadi terhambat. Jika anda kurang yakin benar, maka salah satu cara untuk melakukan testimoni ini adalah dengan cara mempraktekan.
Kedua, menguatkan akal pikiran, hafalan dan kecerdasan pikir. Agak susah untuk menjelaskan dengan kata-kata, korelasi antara keduanya. Gosok gigi dan kecerdasan pikir. Namun ketika saya bertanya dengan orang-orang yang sudah melakukannya, dengan yakin dia/mereka menjawab bahwa hubungan itu sangat terasa. Perbandingan atau perbedaan ketika bersiwak saat wudhu dengan tidak. Pikiran terasa lebih encer, lebih cair, lebih dapat menerima masukan ilmu dari orang lain.
Kita sering berada pada satu titik jenuh, titik ‘bad mood’. Disergap oleh rasa malas yang entah dari mana datangnya. Maka coba kita terapi dengan bersiwak ini, Insya Allah, kejenuhan piker, kejumudan hati akan dapat dipecahkan dengan gosok gigi. Kelihatannya sederhana. Makanya kita coba.
Ketiga, mempermudah saat kita sakaratul maut. Ini sudah sampai pada persoalan iman/percaya. Sebab kalau dengan kasat mata, rasanya tidak ada hubungannya antara bersiwak dengan sakaratul maut. Namun ada beberapa ilmu agama yang harus kita percayai dengan penuh keyakinan, tanpa dapat dijelaskan dengan kata-kata. Orang yang beriman adalah mereka yang percaya dengan sesuatu yang ghaib ( Al-Baqarah, 2:2-3 )
Akhirnya, semoga Allah swt memberikan kekuatan untuk menjalankan perintahnya. Meski itu kelihatan yang ringan, namun ternyata berat timbangan amalnya. Wallahu’alam bishawab. Sekian
* Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman