JAKARTA, MENARA62.COM– Ibu hamil sebaiknya lakukan skrining (deteksi dini) hepatitis B. Sebab seorang ibu hamil yang menderita hepatitis B, sangat rentan menularkan virus hepatitis B kepada anak yang dilahirkan.
“Proses melahirkan bayi, terjadi kontak darah antara ibu dengan anak. Disitulah amat rawan terjadi penularan hepatitis B,” jelas dr Sedya Dwisangka, Kasubdit Hepatitis Kementerian Kesehatan di sela temu media, Rabu (26/7).
Deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil menurut dr Ongki, sapaan akrab dr Sdya Dwisangka sangat dibutuhkan untuk mencegah anak terkena hepatitis B. Prosedur melahirkan pada ibu dengan hepatitis B harus benar-benar diawasi, agar kontak darah tersebut tidak membuat si bayi makin rentan hepatitis B.
Pada bayi yang baru lahir, diakui dr Ongki, belum memiliki sistem kekebalan tubuh. Sehingga saat terjadi kontak darah dengan ibu penderita hepatitis B, maka virus ini dengan mudah menular dan bersembunyi didalam ‘bunker’ tubuh bayi.
Berbeda ketika sejak awal sudah diketahui bahwa si ibu menderita hepatitis B. Maka dokter yang menangani proses kelahiran akan sesegera mungkin memberikan vaksinasi anti hepatitis B sekaligus pemberian imunoglobin sebelum 24 jam bayi lahir.
“Penanganan yang demikian memungkinkan bayi bisa terhindar dari hepatitis B,” jelas dr Ongki.
Bagi ibu hamil yang akan melakukan skrining hepatitis B, saat ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas. Jika ibu positif menderita hepatitis B, maka dokter yang menangani secara otomatis akan mendaftarkan bayi yang akan dilahirkan untuk mendapatkan vaksin HBIG kurang dari 24 jam. Dimulai dengan vaksin aktif HB0 yang berfungsi untuk merangsang antibodi, sehingga tubuh bayi memiliki kekebalan yang bisa menangkal virus hepatitis B.
Selanjutnya, bayi akan diberi booster pada usia dua, tiga dan empat bulan. Dengan pemberian vaksin dan booster, diharapkan bayi akan 99 persen terlindungi dari risiko mengidap hepatitis B.
Kemenkes dikatakan dr Ongki menargetkan deteksi dini hepatitis B bisa menjangkau 5,3 juta ibu hamil setiap tahunnya. Dengan demikian maka pada 2030 Indonesia bisa terbebas dari penyakit hepatitis B.
“Deteksi dini hepatitis B pada bumil sudah dapat dilakukan di 34 provinsi, 88 kabupaten/ kota. Sejak tahun 2016 sudah ada 204.629 bumil dan berhasil memproteksi 2553 bayi,” tutup dr Ongki.