JAKARTA, MENARA62.COM – Sekolah menengah kejuruan (SMK) harus berani menutup jurusan yang sudah langka peminat. Ini dimaksudkan agar SMK tidak menghasilkan lulusan yang sulit mengakses dunia kerja atau pengangguran.
“Saya temukan banyak SMK yang tidak berani menutup jurusan yang sudah langka peminatnya. Alasannya kasihan guru-gurunya. Ini tidak boleh terjadi, karena orientasi pendidikan SMK itu untuk menghasilkan lulusan siap kerja, bukan pengangguran,” kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammadi, usai menyaksikan pengesahan 81 skema sertifikasi kualifikasi level II dan III untuk LSP P1 SMK, Kamis (18/4).
Hamid meminta agar dinas pendidikan di daerah mengawasi ketat SMK. Jangan mudah memberikan ijin pendirian SMK jika memang jurusan yang dibuka sudah jenuh. Sebab saat ini pertumbuhan SMK cukup pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ia menekankan perlunya dinas pendidikan menata ulang SMK. Sekolah yang memang jurusannya sudah langka peminat agar segera ditutup untuk kemudian membuka jurusan yang memang masih sangat dibutuhkan. Misalnya jurusan logistic seiring berkembang pesatnya bisnis e-commerce. Juga jurusan perfilman, broadcasting dan lainnya.
Hamid mengatakan dari 14.219 SMK yang ada saat ini, 4000 SMK diantaranya memiliki jumlah siswa dibawah 100 orang. SMK dengan jumlah siswa dibawah 100 orang tersebut semestinya ditutup saja. Karena jika dipaksakan beroperasi hanya akan rugi, ujung-ujungnya pembelajaran dilakukan ala kadarnya dan ini jelas tidak menguntungkan siswa.
Ia juga mengatakan Kemendikbud akan segera mengidentifikasi SMK-SMK yang ada. Sekolah-sekolah yang tidak memiliki partner, tidak memiliki peralatan praktek, ruang praktik dan sebagainya direkomendasikan untuk ditutup saja.
Sejak Januari hingga Maret 2019, tercatat 279 SMK sudah ditutup akibat jumlah peminatnya semakin menurun.